Dingin udara pagi menebar dibawah langit biru berkabut tipis. Matahari pagi masih agak malu untuk mengeluarkan sinarnya, meski sudah pukul 07.00 pagi. Namun hal itu tidak menghentikan langkah kaki ratusan warga Desa Tawardi, Kecamatan Kute Panang, Aceh Tengah, menuju salah satu sisi jalan yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan shalat idul adha 1434 Hijriah.
Gema takbir, tahmid dan tahlil dikumandangkan baik oleh kaum lelaki, wanita dan anak-anak. Wajah mereka bersuka meski puing-puing reruntuhan bangunan yang masih berserakan ingin bercerita kepada siapapun yang melihatnya akan dahsyatnya gempa yang belum lama terjadi di wilayah ini.
Aceh Tengah menjadi salah satu lokasi PPPA Daarul Qur'an melaksanakan pemotongan hewan qurban lewat program Qurban Istimewa (QUIS). Sebanyak 28 ekor kambing yang merupakan amanah kaum muslim di seluruh Indonesia di sembelih untuk dibagikan dagingnya kepada warga di tiga desa yakni; Desa Tawardi dan Desa Tampan Sile yang berada di Kecamatan Kute Panang, serta Desa Simpang Juli, kecamatan Ketol.
Ini bukanlah kedatangan PPPA Daarul Qur'an yang pertama kali. Jejak PPPA Daarul Qur'an bisa terlihat dari dua masjid darurat yang sudah berdiri dua hari pasca gempa yang terjadi pada 2 Juli 2013 ini. Kini, dengan seijin Allah swt, Daarul Qur'an sedang meniatkan untuk membangun rumah tahfidz bagi putra dan putri yang rencananya akan dibangun di Desa Simpang Juli.
Pemotongan serta pembungkusan daging dipusatkan di Desa Tawardi. Kaum pria yang tadinya berpakaian koko dan peci langsung mengubahnya dengan kaos serta celana training dan tak ketinggalan golok, pisau dan parang yang akan digunakan untuk penyembelihan.
Jamelin (45), tokoh masyarakat desa Tawardi yang juga mantan Keuchik atau kepala desa dipilih oleh warga sebagai orang yang akan menyembelih hewan-hewan Qurban tersebut.
"Terima kasih pada siapapun yang telah memberikan hewan qurbannya kepada kami. Ini bentuk solidaritas umat islam yang saling bersaudara meski kita tidak saling mengenal" ujarnya sebelum melakukan pemotongan.
Takbir, tahmid dan tahlil terus dikumandangkan oleh siapapun yang melihat pemotongan hewan ini. Tawa dan senyum ceria mengembang dari para warga meski beban akibat musibah gempa masih banyak dirasakan oleh mereka. Banyak dari penduduk yang masih harus tinggal di rumah sementara yang dibangun apa adanya dari kayu-kayu.
Lantunan Didong yang dibawakan oleh grup Sindang Temas, terdengar dari salah satu telepon genggam warga. Didong adalah kesenian asli Gayo yang merupakan nyanyian rakyat. Dimana penyanyi utamanya yang disebut Ceh bernyanyi diiring dengan tepukan tangan belasan anggota lainnya yang disebut Penunung, membentuk satu orkestrasi yang indah.
Tepat pukul 15.00 semua potongan daging hewan qurban telah dimasukkan kedalam bungkusan-bungkusan kecil sebanyak 250 kantong sesuai dengan jumlah warga penerima hewan Qurban. Satu persatu bungkusan berpindah ke tangan warga. Kegembiraan tidak bisa di sembunyikan dari raut para warga.
Pembagian berlangsung dengan tertib karena sebelumnya jumlah mustahik di ketiga desa tersebut sudah didata. Sehingga tidak terjadi rebutan dan kericuhan juga membuat setiap daging sampai kepada sasaran yang tepat.
"Terima kasih atas daging kurbannya. Semoga apa yang diberikan ini mendapat pahala yang setimpal" ujar Halidin selaku keucik dari desa Simpang juli, kecamatan ketol, Kabupaten Aceh Tengah
Kala bungkusan terakhir telah selesai dibagikan, hujan pun turun dengan derasnya. Aliran air hujan membawa darah-darah bekas pemotongan hewan dan menyebarkannya ke tanah-tanah di Desa Tawardi yang insya Allah akan menjadi saksi amal baik jamaah yang melaksanakan ibadah qurban.
.jpg)
