Zakat Sedekah Wakaf
×
Masuk
Daftar
×

Menu

Home Tentang Kami Program Laporan Mitra Kami Kabar Daqu Sedekah Barang

Mulai #CeritaBaik Kamu Sekarang

Rekening Zakat Rekening Sedekah Rekening Wakaf

Alamat

Graha Daarul Qur'an
Kawasan Bisnis CBD Ciledug Blok A3 No.21
Jl. Hos Cokroaminoto
Karang Tengah - Tangerang 15157 List kantor cabang

Bantuan

Call Center : 021 7345 3000
SMS/WA Center : 0817 019 8828
Email Center : layanan@pppa.id

Madrasah Merana Diatas Bukit

20 August 2009   2968
Image

Dari Bogor kota, melajulah ke arah Ciampea. Meskipun macetnya minta ampun, tapi jalanan masih beraspal bagus. Nah, sesampainya di Cinangneng setelah Kampus IPB Darmaga, belok kiri dan masuklah ke sebuah jalan sempit. Nikmati sensasi off road, melewati jalan bebatuan yang menanjak. Malangnya, bila berpapasan dengan mobil dari atas, kendaraan yang dari bawah harus mengalah turun lagi dulu.

Setelah hampir satu jam merangkaki tanjakan, sampailah di kaki bukit. Dongakkan kepala, ada bangunan di atas sana. Itulah Madrasah Nurussalam. Ia hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki menaiki bukit. Hmmm, ternyata bangunan ini tak seindah dari jauh. Berdiri sejak 1980 atas prakarsa M Rasan, Madrasah Nurussalam terdiri dua lantai. Tapi, lantai kedua hanya terbuat dari bambu. Begitu pun atapnya, dari bilik bambu lokal. Lantai dua ini agaknya dibuat sekadar menampung siswa yang berlebih.

‘’Awalnya kasihan saja, banyak anak di kampung sini yang nggak sekolah. Selain tidak ada biaya, juga sekolahnya jauh. Harus nyebrang sungai. Kalau hujan atau banjir ya libur karena nggak ada jembatan,’’ tutur Rasan. Semula Rasan menyelenggarakan belajar-mengajar di rumah orangtuanya. Jumlah muridnya terus bertambah. Maklum, tidak ada pilihan lain. Dengan swadaya masyarakat, akhirnya dibangunlah Madrasah Nurussalam itu.

‘’Gedung’’ Madrasah Nurussalam yang sudah reyot ini ternyata berfungsi serba guna. Selain untuk TK, TPA, MI, juga menggelar Program Kejar Paket B, Paket C. Pengajian Majlis Ta’lim ibu-ibu kampung pun berlangsung di sini. Siswa TPA Nurussalam hanya dipungut biaya Rp 3000/bulan. ‘’Itu juga masih banyak yang tidak bayar atau terlambat bayarnya,’’ ujar Rasan sembari tersenyum. Maklum, katanya lagi, rata-rata orangtua siswa dari keluarga tidak mampu. Kebanyakan kuli tani.

‘’Banyak siswa MI/SD yang ke sekolah pakai sandal. Sengaja saya biarkan, soalnya kalau dipaksa pakai sepatu mereka mendingan tidak sekolah,’’ kata Rasan, lagi-lagi sambil tersenyum. Sedangkan Ustadz dan Ustadzah ‘’digaji’’ Rp 50.000/bulan. Sama saja, ini pun sering terlambat cair karena kas masih kosong. Sebagai pengganjal sampai honor tersedia, ya singkong.

Anak-anak Nurussalam sebetulnya gemar membaca. Tapi, apa yang mau dibaca. Sedikit koleksi bacaan kumal teronggok di perpustakaan. Umurnya hampir sama dengan usia bangunan madrasah, alias tidak ganti-ganti. Lagipula, berdiam di ruang perpustakaan sungguh tak nyaman. Pelur lantainya keropos, eternit-nya pun sudah jebol di sana-sini. Kucing pun ogah lewat.

Madrasah Nurussalam mewakili potret mengenaskan madrasah kita. Menurut Menteri Agama, Maftuch Basyuni, jumlah total lembaga pendidikan Islam mulai jenjang pendidikan anak usia dini hingga jenjang perguruan tinggi pada 2008 mencapai 85.911 lembaga. Total peserta didik sebanyak 11.531.028 orang.

Menurut Direktur Pembinaan Tk dan SD Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas, Mudjito Ak, jumlah ruang kelas rusak pada 2009 mencapai 135.194 unit. Tersebar di semua propinsi dengan tingkat kerusakan ringan, sedang, dan berat. Nah, yang sudah tergolong apkir itu termasuk madrasah-madrasah di Jawa Barat. Menanti turunnya dana rehabilitasi dari pemerintah, Madrasah Nurussalam mungkin bakal ambruk duluan.

Tidak, ini tidak boleh terjadi. Maka, dengan dukungan para donatur, PPPA Daarul Qur’an menyertakan Madrasah Nurussalam dalam Program Peduli Pendidikan seperti Program Tunjangan Guru dan Santri Gemar Membaca (SGM). Direktur Eksekutif PPPA Daqu, Tarmizi, menjelaskan, Program SGM memberikan bantuan berupa pembangunan ruang perpustakaan dan penyediaan koleksi bacaannya. Tahun lalu, SGM sudah diberikan kepada 20 madrasah semacam Nurussalam di Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Riau. Nilai bantuan sebesar Rp 20 juta per unit perpustakaan. ‘’Tahun 2009 ini mudah-mudahan SGM mencapai 50 unit,’’ ujar Darmawan Setiadi, Manager Program PPPA Daqu.

Saat ini, ratusan siswa dari madrasah peserta SGM, sedang mengikuti lomba menulis dengan tolal hadiah Rp 30 juta dan beasiswa pendidikan di Ponpes Daarul Qur’an sejak tingkat SD hingga SMA. Senantiasa terselip di surat mereka, ungkapan syukur dan terima kasih kepada Anda para donatur. Mudah-mudahan kelapangan rejeki terus bersama Anda, karena masih ribuan madrasah yang perlu di-SGM-kan. (fadlan kholiq/aya hasna)