Ternyata, baru kali itu ia berani mengungkapkan tentang masa depannya. Tadinya Zaky minder, lantaran untuk melanjutkan sekolah pun tak yakin bisa. Maklumlah, ayahnya cuma seorang sekretaris sebuah yayasan pendidikan, dan ibunya guru agama. Penghasilan pasangan Nurhamid-Siti Hawilah pas-pasan untuk menghidupi Zaky berempat dengan adik-kakaknya.
Tapi takdir tak membiarkan kegalauan anak yang pernah juara lomba tahfidz Juz 'Amma tingkat SD. Pada 2007 lalu, ia terjaring audisi dan bergabung dengan puluhan santri di PPPA Darul Qur'an Bulak Santri, Tangerang. Awal-awal mukim di Bulak Santri, Zaky yang alumnus SDIT Al-Husna, Cipondoh, Tangerang, merasa home sick. Bahkan sering menangis minta pulang. Maklumlah, remaja yang gemar main komputer ini sangat dekat dengan orangtuanya, terutama sang bunda.
Tapi sindrom "anak mami" tak berlangsung lama. Tekad kuat untuk membahagiakan kedua orangtua, teman-teman yang baik dari berbagai daerah di Nusantara, serta para ustadz yang sabar, menjadikan Zaky betah di Bulak Santri. Ia mengaku sangat termotivasi untuk tegar, mandiri, serta bersemangat mengejar cita-cita. Muhammad Zaky ingin menjadi bagian dari khairu ummat. Sebagaimana difirmankan Allah SWT: "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah" (QS. Ali Imran [3]: 110).
Sebagai modal menyeru atau berdakwah, komunikasi efektif dan yang bernas sangatlah penting. "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik" (QS. an-Nahl [16]: 125).
Kini, sudah 2 juz lebih Al Qur'an dihafalnya. Sambil mengejar khatam, Zaky terus berusaha meraih mimpinya menjadi ahli komunikasi sebagai bekal berdakwah. Tak lupa, siang dan malam ia berkomunikasi dengan Allah SWT; Memanjatkan do'a bagi orangtua, guru, dan para donatur PPPA Daarul Qur'an. (Nurbaiti Rohmah)