Zakat Sedekah Wakaf
×
Masuk
Daftar
×

Menu

Home Tentang Kami Program Laporan Mitra Kami Kabar Daqu Sedekah Barang

Mulai #CeritaBaik Kamu Sekarang

Rekening Zakat Rekening Sedekah Rekening Wakaf

Alamat

Graha Daarul Qur'an
Kawasan Bisnis CBD Ciledug Blok A3 No.21
Jl. Hos Cokroaminoto
Karang Tengah - Tangerang 15157 List kantor cabang

Bantuan

Call Center : 021 7345 3000
SMS/WA Center : 0817 019 8828
Email Center : layanan@pppa.id

Laporan PPPA Daqu Dari Jalur Gaza

17 October 2013   250
Image

Jalur Gaza – PPPA Daarul Qur’an awal September lalu merealisasikan pembangunan Graha Rumah Tahfidz di Jalur Gaza, Palestina, di tengah blokade Israel dan Mesir.

“Mulanya seperti muskil untuk bisa merealisasikan pembangunan gedung Rumah Tahfidz ini, saat Israel masih memblokade Gaza dan perbatasan Rafah ditutup oleh Mesir”, terang Abdilah Onim mitra PPPA Daarul Qur’an di Jalur Gaza.

“Tapi, sahabat saya, Sunaryo Adhiatmoko dari PPPA terus meyakinkan saya bahwa bagi Allah semua mudah selama niatnya bersih dan bener”, tandas Onim pemuda asal Gelela, Halmahera Utara yang menetap di Jalur Gaza dan menikahi muslimah Gaza. Saat ini sudah dikarunia satu putri.

“Dia mengingatkan saya melalui pesan elektronik untuk sabar dan yakin. Ente lebih dekat Allah disana daripada saya disini. Jangan panik, jangan ragu. Kecil bagi Allah program ini jika untuk kemaslahatan”, kata Onim mengingat pesan Sunaryo yang pernah ke Jalur Gaza, saat agresi Israel 2009 lalu.

Abdilah Onim menceritakan, tidak mudah melakukan pembangunan di wilayah yang sedang diblokade Israel. Terowongan satu-satunya alternatif bertahan hidup bagi warga Gaza pun, kini sudah dihancurkan oleh milter Mesir, biaya hidup sangat tinggi sedangkan bahan bangunan langka dan sangat mahal. Biaya pembangunan gedung Rumah Tahfidz ini, memerlukan dana hampir Rp 2 milyar.

Untuk suplai matrial bangunan, PPPA Daarul Qur’an melalui Abdilah Onim, terpaksa membeli bahan bangunan dari Israel, membeli listrik dari Israel, bahkan bahan makanan sebagian besar dari Israel. Sebagian besar warga Indonesia banyak yang bertanya, bagaimana bisa Gaza dan Israel yang berseteru bisa berhubungan bisnis dengan Israel?

“Palestina itu setatusnya sedang dijajah Israel. Bahkan mata uang sehari-hari pakai mata uang Israel. Hidup di negeri yang terjajah tidak punya banyak pilihan, itu kenyataannya”, ungkap Onim prihatin.

Sempat di twitter Ustadz Yusuf Mansur ada yang bertanya kenapa beli barang ke Israel? Seakan kehidupan di Jalur Gaza senyaman di Indonesia. Sesungguhnya sebagai negeri yang terjajah, Palestina dibuat tidak punya pilihan. Sehari-hari, warga Gaza bertransaksi dagang dengan Israel, meski barang yang dijual biasanya kualitasnya buruk. Jika makanan maka yang sudah mau habis masa kedaluarsanya.

Gedung Rumah Tahfidz ini dikerjakan oleh para tukang asli Jalur Gaza. Uniknya, sebagian material diangkut pakai keledai. Sedangkan desain gedungnya dibuat seorang arsitek asal Jalur Gaza. Model bangunannya ala Timur Tengah, kolaborasi bangunan eropa dan amrik, karena kelebihannya tahan dari goncangan, seperti goncangan akibat bom dan roket.
Jika ada goncangan yang sangat dahsyat dan mengakibatkan gedung menjadi miring, maka secara otomatis gedung tersebut akan kembali berdiri kokoh seperti semula.Sedangkan sebagian temboknya menggunakan batu khusus yang disebut Hajaral Quds. Insya Allah secara ikhtiar kekuatan bangunan sudah dsiapkan untuk di daerah konflik.

Graha Rumah Tahfidz PPPA ini dibangun diatas lahan seluas 259 meter persegi. Tepatnya di Jabalia Gaza bagian Utara, wakaf dari keluarga Abdilah Onim. Bangunan 3 lantai ini, akan dimanfaatkan, yaitu lantai satu ruang bawah tanah untuk tempat perlindungan darurat jika terjadi perang. Lantau dua, digunakan sebagai aktifitas menghafal Qur'an 160 pemuda pemudi Gaza, sedangkan di lantai tiga digunakan sebagai tempat tinggal.
Direncanakan gedung Rumah Tahfidz ini bisa selesai pada September 2014. Masyarakat Jalur Gaza khususnya Jabalia, sangat antusias dengan adanya Rumah Tahfidz, karena nantinya akan mencetak lebih banyak para penghafal Qur'an. Bahkan, warga sudah menyepakati bahwa jalan raya di disekitar Rumah Tahfidz akan di namakan Jl. Raya Indonedia.

Selain jadi pusat penghafalan Al-Qur’an, kedepannya Rumah Tahfidz ini juga bisa di jadikan sebagai tempat persinggahan bagi tamu dan relawan asal Indonesia yang datang ke Jalur Gaza. Seperti umroh plus Jalur Gaza.

Program PPPA Daarul Qur’an di Jalur Gaza, melengkapi program dakwah berbasis tahfidzul Qur’an yang dilakukan PPPA di Indonesia mupun belahan negeri lain. Seperti Rumah Tahfidz PPPA di Afrika Selatan.