Amas: Tidak Ada Materi, Tenaga Pun Jadi
Ada sesuatu yang menyentuh saat PPPA Daarul Qur’an Bandung menyalurkan beras untuk korban banjir di Baleendah, Sabtu (2/4) lalu. Ialah Amas (58) wanita paruh baya namun masih memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi. Beliau juga merupakan korban dari musibah banjir, tapi ia tidak mau berlaku sebagai korban.
Dengan tenaga seadanya, ia ikut membantu PPPA Daarul Qur’an Bandung untuk menyalurkan beras. Dua karung berukuran 10 kilogram ia panggul di atas kepalanya.
"Ibu mah hanya bisa bantu tenaga, kalau materi mah nggak punya," tutur Amas.
Kondisi Amas cukup memprihatinkan, selain merasakan dampak pandemi, rumahnya pun terkena banjir. Menurutnya, air datang dengan sangat cepat sehingga tidak ada waktu baginya untuk menyelamatkan barang.
"Air mulai masuk ke rumah jam sebelas malam dan naiknya cepet, tuh kasur juga kena air, nggak sempat diamanin," ujarnya sambil menunjukkan kasur yang sudah terendam.
Selain rumahnya yang terkena musibah, anak menantu Amas, Egi Adithya (26) yang biasa membantu biaya hidup keluarganya harus rela mengamali Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak di tempatnya bekerja. Padahal ia sedang menanti Vivin Fatimah (27), sang istri yang mana anak dari Amas, melahirkan anak pertamanya.
Sehari-hari Amas dan suaminya berjualan gorengan, Namun akibat dari banjir yang sudah menerjang warung kecil tempat ia mencari nafkah, saat ini ia terpaksa tidak berjualan. Amas beserta 13 anggota keluarga lainnya yang menjadi korban banjir saat ini hanya bisa bertahan di lantai dua, rumah sederhananya. Ia hanya bisa menunggu bantuan yang datang untuk kebutuhan sehari-harinya.
"Dengan adanya bantuan dari para donatur melalui PPPA Daarul Qur'an, ibu merasa bahagia karena bisa turut membantu menyalurkan beras untuk warga," tutup Amas. (dena/dio)