Sinau Sembuh dan Semangat dari Pak Sarjono

Sinau Sembuh dan Semangat dari Pak Sarjono
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Langkah kaki seorang lelaki paruh baya berjalan tertatih menuju kamar kecil ukuran 3x3 meter di satu sudut Gambiran, Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Kamar yang dikontraknya bersama sang istri menjadi saksi bagaimana tubuh sehatnya menjadi tak bisa bergerak karena stroke pada Mei 2024 lalu. Lelaki itu bernama Pak Sarjono. Kini, meski masih berjalan tertatih, kondisi Pak Sarjono jauh sudah membaik. Tangannya juga sudah mulai bisa digerakkan. 

“Alhamdulillah, sekarang sudah bisa mengangkat yang ringan-ringan dari awalnya tidak bisa bergerak sama sekali,” cerita Pak Sarjono. Suaranya terdengar lemah. Tapi, setiap kata-kata yang terucap penuh keyakinan. Di sampingnya, ada sang istri yang selalu siap siaga mendampingi sepenuh hati. Kesabaran seluas samudra seolah telah tertanam dalam dirinya. 

Kamar kecil kontrakan yang jauh dari kata layak itu menjadi saksi bisu perjuangan Pak Sarjono dan istri untuk menyambung hidup. Bagaimana tidak, hanya ada tiga petak ruangan yang terbagi menjadi kamar, ruang produksi, dan dapur. Jendela rumahnya sudah tampak sangat kusam. Warna catnya memudar. Dindingnya pun dibiarkan tampak susunan batu bata merahnya. Namun, kondisi yang pahit memaksa mereka harus merasa nyaman dalam keterbatasan, tentunya penuh rasa syukur. 

Serangkaian kisah pahit hidup rasanya sudah cukup menguatkan hati dan bahu sang istri menjadi tulang punggung keluarga semenjak Pak Sarjono tak bisa mendampinginya mencari nafkah dari berjualan keripik singkong. Empat tahun berjalan, keripik singkong dan pangsit sudah menjadi sumber penghasilan utama. Satu bungkus keripik yang dihargai 1.500 rupiah itu dijajakan di lima lokasi dengan alokasi 30-50 biji tiap titik.

Meskipun pendapatan masih jauh dari UMR Jogja, minimal bisa menjadi bekal menyambung hidup, mengirim uang saku untuk putranya yang sedang nyantri di pesantren, dan membayar kontrakan Rp. 300.000,- per bulan. Belum lagi, tingginya mobilitas pemulihan ke rumah sakit yang tidak diimbangi dengan ketersediaan transportasi pribadi tentu membuat beban pengeluaran kian membengkak. 

“Alhamdulillah, untuk biaya pengobatan dan terapi sudah ditanggung BPJS. Tapi, karena kami tidak punya kendaraan, akhirnya terpaksa kami menggunakan ojek online dengan biaya Rp. 60.000,- rupiah untuk pulang-pergi setiap terapi. Biaya transportasi ini yang kami beratkan,” cerita Pak Sarjono pada saat kunjungan survei tim program pada 1 Oktober 2024 lalu. 

Pengobatan dan terapi intensif masih harus terus dilakukan untuk mempercepat pemulihan kesehatan Pak Sarjono. Enam kali terapi syaraf dan delapan kali terapi penyakit dalam sudah menjadi jadwal wajib tiap bulan yang ditekuni tanpa ada negosiasi. Semangatnya luar biasa untuk sembuh. Berkah konsistensinya, perkembangan kesehatannya tampak membaik seiring berjalannya waktu. 

“Saya mendapat rekomendasi dari dokter untuk membeli alat pedal sepeda statis untuk terapi kaki dan tangan saya,” ujar Pak Sarjono yang disampaikan di ujung telepon. 

PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta lekas bergerak untuk mengirimkan alat terapi kesehatan berupa pedal sepeda statis pada 25 Oktober 2024 lalu. Wajahnya tampak berseri-seri menerima alat idamannya. Syukur dan doa tiada henti terucap dari bibir Pak Sarjono sebagai bentuk rasa terima kasih yang tak terhingga. Tak sabar beliau segera mencobanya. Kedua kakinya dipasang dan bergerak memutarkan pedal. Support biaya transportasi untuk operasional terapi pun juga diberikan sebesar Rp. 300.000,- sampai Rp. 500.000,- setiap bulan oleh PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta. 

“Alhamdulillah, saya mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta yang sudah membantu proses pengobatan saya. Saya sangat bersyukur mendapat support biaya dan alat terapi ini. Semoga membawa berkah untuk PPPA dan para donatur,” ujarnya dengan senyum tipis khas Pak Sarjono. 

Pak Sarjono adalah satu dari sekian juta mustahik yang sedang memperjuangkan kesehatan dan keberlangsungan hidupnya. Mereka seringkali ada di tengah-tengah kita. Semangat dan optimisme sudah menjadi bekal hidupnya bersama sang istri yang selalu digenggam erat dari waktu ke waktu.

Semoga Pak Sarjono dan istri senantiasa diberikan kesabaran dan ketabahan dalam menempuh lika-liku dan pahitnya kehidupan yang sedang dihadapi. Perkembangan kesehatannya juga menjadi doa yang tak henti terpanjatkan sekaligus kabar yang senantiasa dinanti hingga beliau bisa kembali beraktivitas normal seperti sedia kala. Aamiin. (ara)