Habis Pahit Rentenir, Terbitlah Harapan Dua Perempuan Hebat
Dua perempuan hebat saling melengkapi dan menguatkan itu bernama Bu Emy dan Bu Ratri. Dua perempuan hebat ini memilih jalan kemandirian selepas suami mereka berdua wafat 2016 lalu. Melepas anaknya untuk hidup mandiri bersama keluarga masing-masing adalah keputusan pelik yang harus mereka pilih, tentu dengan risiko payah.
Tak mau payah menyusahkan orang lain dan keluarga, Bu Emy dan Bu Ratri menjajal usaha menjajakan pelbagai jajanan olah rumahan, hingga keputusan menjual tahu mercon dan dimsum pun diambilnya sejak 2021 lalu. Tahu mercon dan dimsum yang mereka garap bersama dijajakan di beberapa lokasi. Pendapatan bulanan yang masih di bawah UMR Yogyakarta pun didapat, tak seberapa tapi cukup untuk menyambung hidup tanpa harus merepotkan orang-orang sekitarnya.
Juli 2024, usaha tahu mercon dan dimsum yang telah berjalan pun terhenti. Putaran modal usaha terpaksa dipakai membiayai pendidikan saudaranya. Modal usaha yang “dipinjam” itu tak kunjung dikembalikan. Tahu mercon dan dimsum pun tak lagi diolah. Usaha Bu Emi dan Bu Ratri untuk tidak menyusahkan orang lain pun berubah pahit.
Harapan pinjaman modal yang mendekat pun menjadi kredit bunga berbunga. Pinjaman 1 juta berubah menjadi 3 juta dari rentenir pasar. Tak hanya itu, perlakuan kasar dan tak pantas pun harus mereka terima saat tak bisa membayar cicilan tepat waktu. Rentenir pasar berubah “mencekik” kondisi Bu Emy dan Bu Ratri.
“Saya sangat menyesal menerima tawaran pinjaman dari rentenir pasar tersebut. Selain bunganya cukup besar, harga diri saya diinjak-injak oleh rentenir dan preman pasar itu. Setiap saya tidak bisa membayar, nama saya dijatuhkan di depan banyak orang dengan suara yang lantang. Bahkan, mereka mendatangi rumah saya dan menagih dengan kata-kata yang tidak pantas didengar. Tapi, waktu itu saya benar-benar gelap mata dan tidak ada pilihan lain untuk bisa berjualan lagi dan menyambung hidup,” ungkap Bu Ratri yang mengingat jelas setiap detil peristiwa pahit hari-hari itu.
Bukan perempuan hebat jika tidak terus berjuang untuk mandiri. Segenap keterpaksaan membawa langkah Bu Emy dan Bu Ratri menuju PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta, setidaknya untuk menuangkan cerita pahit dan berharap keberkahan dari silaturahmi. Raut wajah kusut seolah tak lagi menemukan jalan keluar untuk menyambung hidup pun tergambar jelas. Kondisi sudah terlanjur sangat pelik. Tiga bulan hidup tanpa pemasukan. Jangankan untuk modal usaha, sepeser uang pun tak mereka genggam. Pun untuk membeli bensin motor harus menggadaikan KTP.
Segala kisah atas kondisi pahit tercurah, PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta pun lekas bergerak silaturahim balasan ke rumah dua perempuan hebat ini. Survei dilakukan, cross-check sana sini, keputusan pemberian bantuan modal usaha pun dipilih pada 17 Oktober 2024 lalu karena semangat dan pengalaman Bu Emy dan Bu Ratri. Harapan menjelma nyata, bahagia mengganti halaman kisah getir bersama rentenir pasar. Tahu mercon dan dimsum mulai diolah lagi. Hidup akan terus berlanjut, tentunya tanpa menyusahkan orang lain.
“Alhamdulillah, terima kasih PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta atas bantuan modal usahanya. Bantuan modal ini sangat berharga, kami bisa berjualan dan dapat pemasukan lagi. Kami berjualan ini tidak untuk menjadi kaya, melainkan hanya untuk bisa bertahan hidup tanpa menyusahkan orang lain,” tegas Bu Emy dan Bu Ratri.
Esok harinya, pesanan-pesanan tahu mercon dan dimsum sudah mulai masuk. Ada banyak rasa syukur yang terpanjat di tengah dapur dimsum yang kembali mengepul. Keberkahan semoga terus hadir pada hari-hari Bu Emy dan Bu Ratri ke depannya. Semoga kebaikan-kebaikan dan keikhlasan dua perempuan hebat ini digantikan oleh Allah SWT.. Dan PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta bersama saya, anda, dan bapak ibu semua dapat terus mendapatkan balasan keberkahan atas semua ikhtiar tak henti berbagi harapan untuk saudara-saudara yang sedang hancur hatinya. Aamiin. (ara)