Bahagia Santri Nurul Qur’an Patuk Lanjutkan Sekolah

Bahagia Santri Nurul Qur’an Patuk Lanjutkan Sekolah
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Terus melanjutkan sekolah sampai pendidikan tinggi adalah keinginan semua anak di seluruh dunia, termasuk para santri yang juga belajar di berbagai sekolah. Namun tidak sedikit yang terpaksa berhenti atau putus di tengah jalan dikarenakan faktor kemiskinan. Menurut data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), pada 2019 lalu mencatat jumlah anak putus sekolah mencapai 4,5 juta jiwa. Sedangkan pada 2020, akibat pandemi Covid-19 angka putus sekolah diperkirakan meningkat. Hal ini menjadi tantangan yang amat serius, bahwa walaupun angka partisipasi pendidikan meningkat rupanya masih banyak yang harus putus sekolah.

Menjadi langkah cepat bagi PPPA Daarul Qur’an dalam merespon tantangan ini. Di tengah pandemi Covid-19, program Bingkisan Untuk Yatim (BUY) terus digalakkan untuk para santri yatim dan dhuafa Penghafal Al-Qur’an agar tetap bisa bersekolah. Muhammad Abi Khair Syamsudin (16) dan Muhammad Rizky Wardiansyah (17), kedua santri Rumah Tahfidz Nurul Qur’an Patuk asal Klaten, Jawa Tengah ini adalah yatim sejak kecil. Namun ditinggal sang Ayah tidak menyurutkan tekad Abi dan Rizky untuk menjadi penghafal al-Qur’an. Keduanya sudah tiga tahun nyantri di Nurul Qur’an Patuk. Abi pun sudah mencapai hafalan Juz 20 sedangkan Rizky masih di di jilid 4 dengan metode Qira’ati. Selain menghafal al-Qur’an Abi dan Rizky juga berkeinginan melanjutkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan Teknik Sepeda Motor.

Abi, salah satu santri berprestasi di Rumah Tahfidz Nurul Qur’an Patuk ini menuturkan kisahnya bahwa sejak ditinggal sang Ayah 3 tahun lalu, sang Ibu sampai detik ini masih istiqamah melanjutkan perjuangan dakwah al-Qur’an dengan mengajar. Saban hari jika ada orang yang ingin belajar Al-Qur’an di rumahnya yang berada di Klaten, Jawa Tengah maka Ibunya selalu siap mengajarkan. Abi menuturkan bahwa Ibunya tidak pernah mematok pesangon dari mengajarnya, Ibu Abi hanya selalu mengatakan bahwa rezeki itu datang dari Allah. Begitu juga Abi menjawabnya ketika ditanya untuk membiayai Abi dan saudara-saudaranya.

“...dari Allah, kata Ibuk kalau masalah rizki sudah dicukupkan oleh Allah,” ungkap Abi, yang juga bercita-cita dapat melanjutkan pendidikan tinggi di UIN Sunan Kalijaga ketika sudah lulus SMK kelak.

Motivasi menjadi penghafal al-Qur’an bagi Abi adalah kedua orang tuanya yang juga seorang Hafidz dan Hafidzhoh. Almarhum Ayah memesankan kepada Abi bahwa menghafal al-Qur’an harus lillahi ta’ala. Abi juga berkeinginan kuat dapat meneruskan perjuangan alm. Ayah dan Ibunya dengan dakwah Al-Qur’an.

 

Selain memberi bingkisan untuk yatim, program BUY dari PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta juga memberikan bantuan untuk dhuafa penghafal Al-Qur’an. Banyaknya kasus putus sekolah pada masa pandemi dikarenakan usaha para wali santri yang macet, seperti yang terjadi pada orang tua Febri Nur Hidayat (15), salah satu santri Rumah Tahfidz Nurul Qur’an Patuk asal Bantul ini. Ibunya adalah penjual sate di Malioboro, namun karena pandemi Covid-19 usaha sang Ibu terpaksa berhenti, sedangkan Ayah Febri sudah tidak bisa bekerja lantaran sakit. Febri pun terancam tidak bisa melanjutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) impiannya di jurusan Teknik Perangkat Lunak.

Lain Febri dan Abi, Rizky justru berencana akan menekuni bidang seperti alm. ayahnya selepas lulus SMK nanti, yaitu dengan membuka bengkel. Sejak ditinggal Ayahnya sejak 10  tahun lalu lantaran penyakit Tetanus, usaha bengkel alm. ayah Rizky akhirnya tutup karena tidak ada yang bisa melanjutkan, sedangkan Rizky masih amat belia waktu itu.  Rizky dan ketiga saudaranya pun sempat kebingungan melanjutkan kehidupan mereka karena sang Ibu hanyalah buruh harian yang tidak menentu pekerjaannya. Jangankan untuk sekolah, demi mencukupi kebutuhan sehari-hari juga sangat kesulitan dirasakan Rizky dan keluarganya. Akhirnya ia diajak Abi yang merupakan tetangganya untuk belajar di Rumah Tahfidz Nurul Qur’an Patuk yang menggratiskan biaya untuk anak yatim. Dengan melanjutkan pendidikan di jurusan Teknik Sepeda Motor, Rizky bercita-cita dapat membuka kembali dan mengembangkan bengkel alm. Ayah yang tengah berhenti.

Kini bagi Abi, Febri dan Rizky melanjutkan pendidikan adalah salah satu upaya untuk memperbaiki taraf hidupnya dan keluarganya. Meskipun keadaan cukup sulit, ketiganya tetap bersabar belajar sambil menghafalkan al-Qur’an. Alhamdulillah, ditengah pandemi Covid-19 yang menghantam seluruh lapisan masyarakat, Abi, Febri dan Rizky dapat melanjutkan pendidikan SMK dengan adanya Beasiswa Untuk Yatim (BUY), salah satu program beasiswa yang digagas PPPA Daarul Qur’an untuk pendidikan para yatim dan dhuafa di seluruh negeri hingga mancanegara. Kini saatnya biaya bukan menjadi penghalang para yatim dan dhuafa untuk tidak bersekolah, semoga BUY menjadi solusi santri yatim dan dhuafa untuk melanjutkan sekolah dan menurunkan angka putus sekolah. []