Kisah Guru Ngaji yang Menjadi Penjual Roti untuk Bertahan Hidup
Namanya Bu Tutik, usianya kini sudah 40 tahun. Ia tinggal di tengah Kota Purwodadi. Wanita tangguh yang memiliki nama lengkap Tutik Haryanti ini merupakan seorang janda. Ia berjuang menghidupi diri dan keluarganya dengan menjual Bolang-baling keliling, yakni roti goreng berbentuk kubus atau balok khas Jawa Tengah.
Rumahnya sangat sederhana. Tak nampak barang mewah di sana. Bangunan seluas 4x6 meter itu adalah tempat tinggal dirinya dan kedua putranya yang kini tengah beranjak dewasa. Meski seorang diri membesarkan kedua putranya, Bu Tutik tak pernah mengeluh.
Menjadi penjual Bolang-baling keliling ia lakukan setiap hari. Tak ada jalan lain. Hal ini ia lakukan agar bisa memenuhi kebutuhan hidup serta biaya sekolah kedua putranya.
Sejak ia menjadi single parent, ia harus menjadi sosok yang serba bisa bagi keluarga kecilnya. Siap menjadi sosok ibu yang menyejukkan. Serta di sisi lain menjadi sosok ayah yang menjadi tulang punggung di keluarga.
Tak seberapa keuntungan yang didapat dari menjual Bolang-baling, yakni berkisar 45 ribu saja setiap harinya. Itu saja jika semua Bolang-baling yang ia bawa laris terjual. Jika tidak maka akan semakin sedikit pula uang yang ia bawa pulang.
Meski demikian, Bu Tutik tak pernah pantang menyerah demi memberikan penghidupan terbaik untuk kedua putranya itu. Bahkan ia pun tak sungkan menerima jasa cuci dan setrika. Baginya selagi pekerjaan itu halal, apapun akan ia lakukan.
Di tengah ikhtiarnya mencari rezeki, Bu Tutik juga menghabiskan waktunya dengan menebarkan ilmu. Ya, ia juga seorang guru ngaji. Bu Tutik sudah lama menjadi guru ngaji.
Mulanya hanya satu-dua orang saja yang mengaji di rumahnya, namun seiring berjalannya waktu banyak anak-anak yang berdatangan untuk mengaji bersamanya. Kini sudah ada 14 santri ia didik. Mengajar menjadi hal yang menyenangkan bagi Bu Tutik, pasalnya ia bisa berbagi ilmu dengan banyak santri dan bermanfaat untuk banyak orang.
Namun nikmat mengajar itu kini tengah diuji. Di mana Bu Tutik saat ini sedang menderita penyumbatan pembuluh darah di kepalanya. Hal ini membuat Bu Tutik tak bisa beraktivitas seperti biasanya.
Berjualan, jasa cuci-setrika hingga mengajar ngaji pun terpaksa ia liburkan. Dirinya tak pernah sekalipun mengeluh atas ujian yang bertutur-turut menimpanya. Ia menganggap bahwa ini adalah ujian kenaikan kelas yang mana jika ia lulus dalam ujian ini maka ia yakin derajatnya dan derajat keluarganya naik di mata-Nya.
“Allhamdulilah mba, insyaAllah saya ikhlas menjalani ini semua, Gusti Allah sampun ngatur, saya tinggal menjalani saja, jadi saya tidak pernah berpikir yang macam-macam. Saya percaya dengan ketentuan dan rencana-Nya,” tutur ibu Tutik.
Kegigihan dan semangat pantang menyerah Bu Tutik dalam menjalani hidup membuat PPPA Daarul Qur'an Semarang merasa terpanggil untuk memberi dukungan berupa biaya pengobatan.
"Semoga dengan bantuan ini, beliau bisa segera sehat kembali serta bisa menebar manfaat lagi untuk keluarga juga para santri mengajinya. Aamiin," ujar Kepala Cabang PPPA Daarul Qur'an Semarang, Muhammad Nur Fauzan. []
Oleh: Ade, PPPA Daarul Qur'an Semarang