Menanti Syamsiah Mutiara dari Timor
Bapak paruh baya itu mengusap bulir peluh di kerut muka yang semakin menua. Ia tak menyangka, tim PPPA Daarul Qur’an datang menyapa pagi itu (26/3). Memang, jam masih menunjukkan pukul 08.30 WITA, namun terik matahari seakan memanggang kulit hitam Tahir Busi, bapak tua yang sibuk dengan jagung dan goloknya.
Tahir Busi (54) hidup bersama istri dan bayi mungilnya. Omakebubu (rumah bulat dari jerami) di tengah kebun jagung itu menjadi saksi perjalanan hidup keluarganya. Termasuk melahirkan dan membesarkan Syamsiah, anaknya yang paling tua.
“Pekan lalu, kami tengok Syamsiah di Pesantren,” tutur Jahidin, tim PPPA Daarul Qur’an.
Saat ini, Syamsiah menjalani pendidikan intensif di Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Takhassus, Cikarang–Bekasi. Syamsiah adalah bagian dari penyiapan kader lokal untuk keberlangasungan dakwah dan pembinaan masyarakat pelosok Nusa Tenggara Timur (NTT).
Perkembangan dakwah di Dusun Oe Ue, Amanuban Timur, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT ini luar biasa. Geliat masyarakat belajar Islam, anak-anak yang mulai rajin ke rumah tahfizh mengalami perkembangan yang menggembirakan. Sehingga, penyiapan kader dakwah asli dari Oe Ue merupakan keharusan.
“Alhamdulillah, Syamsiah telah selesai menghafal 30 Juz,” tambah Jahidin.
Bapak tua dengan sebilah golok itu sulit menyatakan perasaannya. Ia seakan tak mengerti mengapa Syamsiah bisa secepat itu. Memang, sejak lahir Syamsiah hidup dalam kemiskinan dan ketidakberdayaan. Namun, karena kegigihannyalah Syamsiah mampu menaklukan ketakutan hingga merantau ke pulau Jawa.
Syamsiah yang dibesarkan dalam keterbatasan itu kini dinanti banyak orang. Berita prestasinya jadi buah bibir, menyebar hingga ke kampung tetangga. Syamsiah menjadi contoh, bahwa anak pelosok pun mampu tampil menjadi “mutiara” dengan bekal kegigihan menghafal Al Qur’an.