Mengenal Lebih Dekat Santri Pesantren Tahfidz Daarul Qur'an Takhassus Cikarang
Apa yang terlintas di pikiran anda jika ada yang menyebutkan kata 'santri'? Asrama? Bangun malam? Kata-kata tersebut memang identik dengan santri di Indonesia. Pada perayaan Hari Santri Nasional yang jatuh pada Kamis (22/10) lalu, PPPA Daarul Qur’an Bandung berkesempatan untuk berkenalan dengan santri di Pesantren Tahfidz Daarul Qur'an Takhassus Cikarang.
Keseharian mereka diawali dengan bangunpagi, bahkan pagi sekali, sekitar pukul 03:00 dini hari. Saat itu juga santri lantas mendirikan Shalat Tahajjud bersama. Salah satu kewajiban santri di sini ialah menghafalkan Al-Qur'an. Uniknya, tidak ada waktu khusus untuk menghafal ayat suci tersebut.
Santri harus mencari sendiri sela-sela waktu untuk membuka dan menghafal Al-Qur’an. Meski demikian, banyak santri yang sudah memiliki hafalan sebanyak 30 Juz.
Aisyah Maulidina Hasanah (16) salah satu santri Pesantren Tahfidz Daarul Qur'an Takhassus Cikarang menceritakan pengalamannya saat menghafal Al-Qur'an. Tak jarang rasa malas menyerang. "Memang susah kalau menghafal sungguh-sungguh. Tapi caranya saya biar rasa malas itu hilang, saya selalu mengingat orang tua saya," tutur Aisyah saat membagikan ceritanya.
Teknik santri dalam menghafal Al-Qur'an berbeda-beda. Ada yang harus diulang sampai 40 kali per ayat, ada juga yang harus sambil mendengarkan suara murotalnya. Misalnya saja Indra Purwaningsih (16) yang kala itu turut membagikan cara menghafal ala dirinya. "Kita baca dulu satu halaman, kemudian setelahnya kita baca ayat perayat dengan maknanya. Murojaah dengan artinya, ketika lupa (ayatnya) kita akan mengingat artinya. Itu akan mempermudah untuk mengingat hafalan itu kembali," jelasnya.
Indra memiliki harapan sendiri untuk santri-santri di Indonesia. Ia berharap santri di negeri ini bisa lebih dihargai dan menjadi pemimpin yang berpegang teguh pada pedoman islam. "Santri adalah calon-calon pemimpin masa depan yang bisa memegang tanggung jawab penuh dengan pedoman islam, sehingga meminimalisir terjadinya pemimpin-pemimpin yang dzalim," pungkas Indra. (zantina)