Menomorsatukan Al-Qur'an
Hilda Ummul Latifah (21) salah satu santri tahfidz yang mengikuti acara Daurah Tahfidz di Grha Tahfidz II PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta pada Ahad (26/1) lalu. Hilda memenuhi masa liburannya dan berangkat dari Malang tempat kelahirannya untuk mengikuti kegiatan ini. Bukan tanpa alasan, sebagai santri Grha Tahfidz, Hilda memilih mengambil Daurah Tahfidz sebagai ikhtiarnya memenuhi komitmen mengganti kelas yang sempat ditinggalkannya beberapa pertemuan.
“Kemarin pulang kampung jadi ketinggalan kelas lumayan banyak, jadi dengan Daurah ini aku berniat membayar ketertinggalanku apalagi temen-teman Daurah banyak santri BTQ for Leaders yang sudah pada banyak hafalannya. Jadi lebih tertantang gitu,” ungkap Hilda.
Hilda, selain menjadi Santri Grha Tahfidz, ia juga mahasiswa jurusan Desain Produk di Intritut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Sebagai mahasiswa seni banyak kegiatan yang harus diikutinya selain kuliah. Akan tetapi Hilda mengaku terus belajar membagi dan mengoptimalkan waktu. Hilda mengaku sempat keteteran. “Aku benar-benar sibuk gitu, jadi seperti Al-Qur’an ku itu agak kacau, aku seperti meremehkan Al-Qur’an gitu. Dan semuanya malah jadi tambah kacau,” terang Hilda mengingat waktu-waktu yang disesalinya.
Ia pun kembali bermuhasabah setelah peristiwa itu, merenungi diri dan menata kembali niatnya dalam menghafal Al-Qur’an. Ia pun teringat orang tuanya yang memintanya untuk fokus. Hilda kembali memacu dirinya. Hingga akhirnya pada semester lima lalu, ia dihadapkan pada waktu seperti sebelum pameran saat karya-karyanya harus dibuat. Tetapi kali ini ia telah memetik ibrah dari kejadian kemarin. Pelajaran yang sangat dirasakan Hilda sendiri adalah untuk tetap menomorsatukan Al-Qur’an apapun yang terjadi.
Hingga suatu ketika saat akan membuat desain produk, pintu-pintu kemudahan dibukakan Allah. Dengan lancar Hilda dapat bertemu dengan vendor sangat mudah koordinasinya untuk mengerjakan dummy produknya. “Seperti semua itu jadi mudah aja gitu padahal yang aku buat terakhir itu itu dua kali lebih besar daripada sebelumnya,” ungkap Hilda menceritakan pengalamannya.
Pilihannya mengambil jurusan Desain Produk didasari oleh kecintaannya pada dunia desain. Ia pun pernah menjuarai beberapa perlombaan sejak SD, mulai dari melukis, membatik, dan kaligrafi dengan menjadi juara pertama se-kota Malang ketika tengah duduk di bangku Madrasah Aliyah.
Hilda mempunyai cita-cita untuk mengembangkan desain produk di Indonesia, ia pun berkeinginan untuk dapat kuliah keluar negeri dengan maksud mengambil pelajaran terkait Sustainable Design, dimana desain selain esetik juga tetap harus memerhatikan unsur lingkungan dan keberlangsungan alam. Selain itu Hilda juga bercita-cita untuk memiliki rumah tahfidz guna membangun masyarakat yang cinta Qur’an yang tetap kreatif.
Dengan kembali menomorsatukan Qur’an Hilda justru menjadi dimudahkan urusan-urusannya. Inilah salah satu berkah Al-Qur’an yang dirasakan Hilda. Walaupun dalam acara Daurah Tahfidz kali ini Hilda belum optimis untuk target penambahan hafalan tiga Juz, akan tetapi paling tidak ia menargetkan dua juz untuk harus dapat dikejarnya. Alhamdulilah dengan adanya Daurah Tahfidz ini turut menularkan semangat menghafal bagi seluruh santri PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta. (umi/ara)