Pesantren Tahfidz Daarul Qur'an Takhassus Kembali Beroperasi Mulai Pertengahan Juli
Pasca diliburkan karena adanya wabah Covid-19, kini Pesantren Tahfidz Daarul Qur'an Takhassus kembali memulai aktivitasnya. Terhitung sejak Rabu (15/7) lalu, santri-santri berangsur kembali ke pesantrennya masing-masing.
Bagi santri pengabdian, yaitu santri yang telah menyelesaikan pembelajaran selama tiga tahun di pesantren dan memasuki masa penempatan, masuk pada 13 Juli. Sedangkan untuk santri kelas dua dan tiga yang baru naik kelas mulai masuk pada 15 Juli. Serta santri baru masuk pada 18 Juli esok.
Meski demikian, para santri tetap diwajibkan mengikuti aturan protokol kesehatan guna meminimalisir risiko penyebaran Covid-19 di kalangan santri. Setidaknya mereka harus mengantongi hasil rapid test yang menyetakan neagtif Covid-19.
Ustadz Sholehuddin, selaku pimpinan Pesantren Tahfidz Daarul Qur'an Takhassus mengatakan bahwa sebagaimana peraturan yang diterapkan di Pesantren Tahfidz Daarul Qur'an pada umumnya, pihaknya pun mewajibkan setiap santri, baik santri lama, santri baru maupun pengabdian untuk mengikuti aturan tersebut.
"Kalau masuk anak-anak itu pakai surat keterangan sehat, dari rapid test itu, bahwa dia dinyatakan negatif, nanti begitu masuk, maka social distance, pakai masker, cuci tangan, itu seterusnya," ujar Ustadz Sholehuddin.
Dari kesembilan Pesantren Tahfidz Daarul Qur'an Takhassus yang diaktifkan kembali yakni di Cinagara, Cikarang, Cimanggis, Brebes, Tegal, Semarang, Banyuwangi, Palembang dan Medan, semuanya telah resmi beroperasi secara serentak.
Sebelum ini, seluruh pesantren tersebut sudah terlebih dahulu mempersiapkan beberapa hal, terutama memantau kesehatan santri selama di rumah, kebersihan lingkungan pesantren hingga fasilitas pesantren.
Tak hanya para santri, para pengajar Pesantren Tahfidz Daarul Qur'an Takhassus pun wajib mengikuti protokol kesehatan, khususnya melakukan rapid test. "Termasuk ustadz pun masuk harus pakai rapid test, jadi begitu ustadz masuk membawa surat keterangan sehat," ungkapnya.
Setibanya di pesantren, baik santri maupun ustadz akan mengisolasi diri mereka dari lingkungan luar selama minimal 14 hari. Namun, kegiatan belajar dan mengajar tetap dilaksanakan. Hanya akses ke luar pesantren yang dibatasi.
Akan tetapi, jika berkaca pada peraturan Pesantren Tahfidz Daarul Qur'an Takhassus, seluruh santri memang tidak diperbolehkan keluar dari lingkungan pesantren. Selain itu, mereka pun tidak diperbolehkan menggunakan gadget selama di pesantren. Jadi, aktivitas mereka sehari-hari adalah menghafal dan murojaah.
Menurut Ustadz Sholeh, selama pembelajaran di bawah panduan protokol kesehatan tak ada perubahan target pada masing-masing santri. Mereka tetap diwajibkan melakukan setoran hafalan baru dan murojaah setiap harinya dengan harapan dapat menyelesaikan hafalannya selama tiga tahun.
Mengingat, selepas mengikuti pembelajaran selama tiga tahun, para santri akan ditempatkan di sebaran dakwah Daarul Qur'an untuk mengisi slot pengajar tahfidz, terutama di Pesantren Tahfidz Daarul Qur'an Takhassus. Harapannya, para santri dapat kembali ke ritme pesantren dan mengkuti segala aktivitas dengan baik sehingga mereka dapat lulus tepat waktu dan siap menjadi kader dakwah Daarul Qur'an. []