Agar Bertahan di Era Kenormalan Baru, Gerakan Zakat Harus Beradaptasi
Pandemi covid-19 yang hingga kini belum juga usai telah memunculkan wacana munculnya era baru. Perubahan kebiasaan dan perilaku pun muncul sebagai upaya adaptasi sosial masyarakat terhadap kehadiran virus yang belum ditemukan obatnya ini.
Hal ini pun juga mempengaruhi dunia zakat di Indonesia. Mau tidak mau, dunia zakat harus bergegas menyesuaikan geliatnya demi menyonsong era kenormalan baru.
"Gagasan yang sekarang berkembang yaitu memenangkan fundraising zakat di era New Normal. Sekarang orang enggak lihat spanduk dan brosur atau bikin konter di mall karena takut terpapar corona. Semuanya sedang beralih ke arah digital," demikian menurut Direktur Utama Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) M. Arifin Purwakananta pada hari kedua Studium Generale yang digelar PPPA Daarul Qur'an secara daring pada Rabu(10/6).
Namun ia melanjutkan, di masa New Normal akibat pandemi ini, rumus utamanya bukan digital, tapi adaptasi. "Biasanya problemnya bisa dipecahkan dengan digital, tapi tidak semuanya dengan digital. Digital adalah cara hari ini untuk kita beradaptasi dengan keadaan. Karena pasti ada sektor-sektor lain yang juga tengah dikembangkan untuk menyambut era baru ini. Namun, ya untuk sekarang, digital adalah salah satu caranya," ujarnya.
Jadi, menurutnya, gerakan zakat dalam menghadapi New Normal ini harus mendalami teori adaptasi. "Karena bukan yang paling kuat atau yang paling pintar, tapi mereka yang paling bisa beradaptasilah yang akan bertahan," lanjutnya.
Oleh karenanya, ia berharap PPPA Daarul Qur'an dapat menjadi Laznas yang bisa beradaptasi dalam menghadapi era kenormalan baru ini. "PPPA Daarul Qur'an harus bisa menjadi lembaga yang sustain dan bisa melewati masa-masa sulit ini, sehingga dapat terus istiqamah melakukan pengumpulan zakat pada masa New Normal ini," harapnya.
Kuliah umum hari kedua ini tak hanya diisi oleh Direktur Baznas, tapi juga Direktur Utama Forum Zakat, Bambang Suherman. Sebagai praktisi di dunia zakat, ia banyak memberikan masukan mengenai pengelolaan gerakan zakat.
Menurutnya, saat pandemi ini, masa depan gerakan zakat berada di antara ketidakpastian dan banyak perubahan. "Namun ketidakpastian bisa dikelola dengan perencanaan, dan perubahan bisa dikelola dengan pengembangan kompetensi," katanya.
Oleh karenanya, agar sebuah lembaga zakat bisa bertahan ditengah pandemi, maka harus melakukan adaptasi. "Diantaranya adaptasi lingkungan, kelembagaan, dan kompetensi," pungkasnya.[]