Beauty Inside Great Outside, Sharing Motivation & Inspiration Dalam Rangka Peringati Hari Ibu
Dalam rangka memperingati hari ibu yang diperingati setiap tanggal 22 Desember lalu, PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta mengadakan Sharing Inspirasi dan Motivasi bertema ‘Beauty Inside Great Outside,’ yang diadakan secara daring pada Ahad (27/12) malam. Bicara tentang hari ibu memang akan selalu membicarakan perempuan, sosok ibu yang tangguh dan penuh kasih menjadi inspirasi setiap insan untuk terus berjuang.
Acara yang membahas tentang seputar perempuan ini diisi oleh Ustadzah Hj. Siti Maemunah Mansur, istri KH. Yusuf Mansur, Marcella Zalianty, yang merupakan aktris kenamaan dan Ketua Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI 56), dan Briptu Hkma Nur Syafa, seorang Polisi wanita asli Yogyakarta yang pernah bertugas di daerah konflik di Afrika Tengah.
Para narasumber menceritakan tentang pengalamannya menjadi perempuan yang juga padat aktivitas. Identitasnya sebagai perempuan tak menghalangi Briptu Ima panggilan akrabnya untuk mengejar cita-citanya sebagai seorang Polisi (Polwan). Ia terpilih dan bergabung menjadi pasukan perdamaian PBB yang ditugaskan di benua Afrika pada 2019 lalu.
“Setiap hari kami bawa senjata, bagi kami senjata itu sudah seperti guling dipeluk juga sambil tidur,” ujar Briptu Ima mengingat masa-masa pengabdiannya di Afrika yang keadaannya cukup sulit.
Briptu Ima merasa beruntung dapat mewakili Indonesia untuk terlibat dalam misi perdamaian dunia. Ketika bertugas di Afrika ia merasa menjadi sangat bersyukur tinggal di bumi Indonesia, salah satu negara yang begitu kayanya dengan perbedaan namun dapat terus bersatu, gotong royong masyarakatnya yang tinggi, dan jauh dari konflik seperti peperangan. Manakala ditanya mengenai kegemarannya, rupanya Briptu Ima juga hobi memasak.
Briptu Ima selalu meyakini bahwa dimanapun kita tinggal selama terus mengingat Allah SWT, dan selalu yakin bahwa Allah lah yang akan menjaga kita dimanapun berada maka kita akan menjadi lebih berani dengan tantangan-tantangan baru. Ketika ditanya salah satu audien, bagaimana caranya agar tidak mudah terbawa perasaan atau baper istilahnya zaman sekarang, Briptu Ima mengatakan bahwa membawa perasaan dalam suatu urusan itu wajar. Namun sebagai perempuan, sama seperti laki-laki yang juga dikaruniai akal (brain). Sehingga jika menemukan suatu persoalan yang menyinggung perasaan maka harus pintar-pintar mengolah agar tidak sia-sia.
“Kita masukan dulu di hati ketika ada input masuk, dipikirkan dulu, diolah, dan dirasakan dulu. Kita kan juga dianugerahi brain, disitu kita pertimbangkan apa yang kita lakukan baik atau tidak, dll. Menurut saya nggak ada gunanya kita marah, kalau memang belum mampu menerima cobalah pergi sejenak setelah itu kembali. Menurut saya tidak ada gunanya juga kita marah dan emosi yang tidak jelas, bisa membuang-buang waktu yang harusnya bisa dilakukan untuk kegiatan positif, kita ambil positifnya dan buang negatifnya yang bisa jadi toxic buat diri kita sendiri,” lanjut Briptu Ima.
Senada dengan Briptu Ima, Marcella Zalianty, Aktris dan perhimpunan dari Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI 56) juga membagikan pengalamannya. Sebagai seorang Ibu yang bekerja, menurut Marcella tetap harus ingat dengan kewajiban pekerjaan namun, anak dan keluarga harus menjadi prioritas pertama. Menurut Marcella, agar semuanya berjalan lancar maka yang penting adalah kita bisa mengatur skala prioritas.
“Pertama, secara psikologi kita harus memastikan mereka mengerti kenapa kita harus bekerja, ini penting. Kedua, biar tidak merasa kehilangan waktu walaupun sesibuk sibuknya kita, bagaimanapun mereka juga harus tetap dekat dengan kita. Saya sebenarnya paling sedih kalau melihat seorang anak yang tidak sedih ketika berpisah dengan ibunya, namun malah menangis ketika ditinggal sang nenek. Sehingga walaupun bekerja kedekatan dengan buah hati itu harus diutamakan,” ujar ibu dua anak yang baru-baru ini juga mengadakan berbagai kegiatan sosial.
Sebagai insan perfilman Marcella turut bersedih dengan dampak yang ditimbulkan dari wabah pandemi. Rekan-rekan kerja dan teman-temannya di dunia seni khususnya film banyak yang kehilangan pekerjaan. Hingga pada awal pandemi di Indonesia ia dan teman-temannya di PARFI 56 sempat mengadakan aksi penggalangan dana untuk para pekerja film. “Karena pekerja seni, orang film itu ya hidup dan matinya untuk film ibaratnya, ketika produksi selesai dan tidak ada lanjutannya lagi ya otomatis berhenti, ada sekitar 500.000 lebih pekerja film yang harus kehilangan pekerjaannya akibat pandemi,” ungkap Marcella sedih.
Meski begitu menurutnya dunia seni terlebih perfilman harus tetap dihidupkan, kreativitas harus tetap tumbuh meski di tengah pandemi. Hal ini menjadi alasannya untuk mengadakan sebuah festival film indie scope online film festival. Festival ini diadakan dalam rangka respon sosial mendekatkan film indonesia ke masyarakat dalam rangka merangsang dan memotivasi masyarakat untuk untuk stay creatif dan memberikan kesempatan pada masyarakat untuk belajar membuat film dengan para masternya langsung.
Bagitulah Briptu Ima dan Marcella Zalianty membagikan pengalamannya, sebagai perempuan dan sebagai muslimah, tidak menghalangi keduanya untuk terus mengejar misinya, menjadi insan yang bermanfaat. Sayangnya dalam acara Minggu malam itu tidak bisa dihadiri Ustadzah Hj. Maemunah Mansur mengingat beliau sedang berada d daerah yang susah sinyal. Namun audiens menjadi sangat lega mendengar bahwa Ustadzah Maemunah akan membagikan pengalamannya melalui platform media sosial Instagram.
Demikian hari ibu diperingati agar senantiasa untuk terus diingat. Selayaknya hari ibu adalah setiap hari, berbakti pada ibu dan orangtua harus dilakukan setiap hari. Namun sebuah perayaan sangat baik dilakukan dengan bermuhasabah dan mengingat kebaikan para ibu agar kita meneladaninya. Di hari yang baik itu akhirnya ditutup dengan doa untuk para ibu di Indonesia dan seluruh dunia. []