Dari Nasi Liwet Menuju Dakwah di Denmark
Nasi liwet khas Jawa lengkap dengan lauk pauk sederhana tersaji di atas lembaran-lembaran daun pisang membuka kunjungan satu keluarga muslim asal Denmark ke PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta. Kunjungan antarnegara ini bermaksud untuk saling mengenalkan program-program dakwah Al-Qur’an PPPA Daarul Qur’an di Indonesia khususnya di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya selama sepekan, sejak 9-16 Januari 2019.
Kesederhanaan makan siang di atas lembaran daun pisang mengenalkan pendidikan rendah hati dan kebersamaan untuk para santri Penghafal Al-Qur’an di Indonesia. Dari atas lembaran-lembaran daun pisang, obrolan tentang strategi kebudayaan untuk dakwah Islam dan Al-Qur’an di Indonesia dimulai, juga tentang cara mendidik para santri penghafal Al-Qur’an untuk mencintai bangsanya.
Selepas makan siang, keluarga muslim asal Denmark berketurunan Pakistan ini saling berbagi dengan para Santri Beasiswa Tahfidz Qur’an (BTQ) for Leaders wilayah Yogyakarta. Santri BTQ for Leaders adalah penerima manfaat beasiswa perguruan tinggi dari PPPA Daarul Qur’an. Para santri siang itu menjelaskan rancangan program sosial pemberdayaan komunitas di Kali Code, Yogyakarta yang bertajuk “The Riverside Green and Aroma”.
Rancangan program ini berfokus pada peningkatan kapasitas memasak dan pengelolaan bisnis UMKM catering ibu-ibu yang tinggal sepanjang bantaran sungai di bawah Jembatan Gondolayu. Selain pendampingan di bidang kuliner, dirancang juga program vertikultur untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan makanan sehat para warga. Pun dengan program pendampingan remaja dengan kesenian hadroh yang bertujuan untuk mengakrabkan remaja dengan masjid.
Rancangan program bertajuk “The Riverside Green and Aroma” diapresiasi penuh oleh keluarga aktivis muslim di Eropa ini. Apresiasi baik diberikan kepada program BTQ for Leaders PPPA Daarul Qur’an yang tak hanya memberikan beasiswa secara finansial, melainkan juga melatih dan mendidik para Penghafal Al-Qur’an untuk memiliki kapasitas lapangan secara langsung dan berdampak sosial secara berkelanjutan di samping para penerima manfaat juga diedukasi untuk menghafal 30 juz Al-Qur’an.
Kunjungan program pun berlanjut ke Kampung Qur’an Merapi di Dusun Kalitengah Kidul, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman pada Jumat (10/1). Satu jam perjalanan dari Kota Yogyakarta menuju dusun yang luluh lantak saat erupsi Gunung Merapi pada 2010 silam menyibakkan hikmah. Sesampainya di Saung Qur’an Kampung Qur’an Merapi, kisah kesederhanaan dakwah Mbah Joyo mengagumkan Rukhsana Bibi, ibu dari keluarga Muslim ini.
Kisah dakwah Mbah Joyo yang selalu membersihkan halaman Saung Qur’an dengan sapu lidinya menyemangati mereka bahwa Allah akan selalu mencintai semua amal baik kecil dan besar, pun seringkali amalan kecil akan bernilai besar di hadapan Allah. Maleeha, anak ketiga dari Rukhsana Bibi pun mengomentari, “SubhanAllah! What a humble deed. May Allah grant her (Mbah Joyo) the highest level of Jannat. Ameen! She is a portrayal of humbleness, and learn us that we should never underestimate the power of small deeds! Giving happiness to others is everything.”
Di Saung Qur’an, Ustadzah Rodiah, salah satu Kader Tahfidz PPPA Daarul Qur’an, pun berkisah tentang aktivitas dakwahnya di tengah warga Dusun Kalitengah Kidul. Ustadzah Rodiah berkisah tentang mengajinya 40 anak-anak Merapi di Saung Qur’an saban sore, juga tentang orang tua mereka saban bulan. Juga tentang ingatan pascaerupsi Merapi pada 2010 telah berganti kebahagiaan dan keinginan kuat para orang tua agar para anak menjadi Penghafal Al-Qur’an.
Setelah Kampung Qur’an Merapi, kunjungan program dakwah pun berlanjut ke Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an di Ungaran, Kabupaten Semarang pada (14/1). Kunjungan ini untuk memahami sistem pendidikan di pesantren, baik di program tahfidz, madrasah, dan sekolah formalnya.
Setelah berdiskusi dan berbagi dengan pengurus pesantren, Rukhsar Asif dan Maleeha berbagi dan memberikan motivasi dengan 245 santri Tahfidz setelah sholat Dzuhur. Aktivitas mereka mengurusi sekitar 200 keluarga pengungsi di Denmark dikisahkan kepada para santri, juga tentang tantangan dakwah Islam di Denmark yang merupakan negara sekuler.
Kunjungan program terakhir ke Rumah Tahfidz Daarul Qur’an Matahati di Dusun Popongan, Sinduadi, Mlati, Sleman. Kunjungan ini melibatkan pengajar dan para santri Rumah Tahfidz yang akan segera membuka kelas untuk warga sekitar pada Februari 2020 nanti.
Kali ini Rukhsar Asif, Maleeha, dan Maryam belajar memahami meotde Tahsin dan Tahfidz yang dipakai di Rumah Tahfidz Daarul Qur’an Matahati. Beberapa perbedaan konteks bahasa segera disesuaikan, pembelajaran dan praktik menghafal Al-Qur’an pun berjalan hingga menjelang Ashar.
Harapan dari Rukhsar Asif dan Maleeha, keduanya adalah Duta Perdamaian dan Kemanusiaan dari Denmark, adalah pembelajaran dan ilmu selama kunjungan program dakwah Al-Qur’an dan sosial oleh PPPA Daarul Qur’an dapat memberikan kekuatan dan inspirasi untuk aktivitas dakwah Islam di Eropa yang seringkali mendapatkan tantangan secara sosial dan politik.
“Semoga juga, dengan berbagai kunjungan luar negeri pada aktivitas dakwah Al-Qur’an dan sosial kemanusiaan yang dilakukan PPPA Daarul Qur’an dapat terus memberikan manfaat kepada seluas-luasnya di Indonesia dan luar negeri. Bismillaah, segera menuju dakwah PPPA Daarul Qur’an di lima benua. Aamiin,” harap Pimpinan PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta, Maulana Kurnia Putra. (umi/ara)