Doa dan Ikhtiar menjadi Pemimpin
Semarang (30/12). 25 mahasiswa dari 6 universitas negeri di Jateng dan DI. Yogyakarta khusyuk menyimak dalam sebuah obrolan tentang kepemimpinan di meeting room Rektorat UIN Walisongo Semarang. Para mahasiswa penghafal Al-Qur’an ini adalah bagian dari 119 mahasiswa penerima program beasiswa di 24 universitas negeri di seluruh Indonesia. Obrolan tentang kepemimpinan adalah ihwal penting menjawab tantangan zaman yang terus bergerak.
Kepemimpinan masa depan tidak bisa dilepaskan dari proses panjang pendidikan dan pengabdian kaum muda. Mimpi masa depan, dimulainya ikhtiar, dan kekuatan doa menjadi daya dorong menanamkan sekian banyak nilai kepemimpinan sejak dini. Salah satu yang diyakini PPPA Daarul Qur’an bahwa masa depan kepemimpinan akan dipegang oleh para penghafal Al-Qur’an yang memiliki kapasitas dakwah dan pengembangan sosial melalui program Beasiswa Tahfidz Qur’an (BTQ) for Leaders.
“Menjadi pemimpin itu cerita bagaimana merawat mimpi melalui doa dan ikhtiar, sama seperti cara Ustadz Yusuf Mansur memiliki visi membangun 100 pesantren di 5 benua sejak awal didirikannya Daarul Qur’an,” jelas Tarmizi, Direktur Eksekutif PPPA Daarul Qur’an, membuka penyampaian acara pembinaan BTQ for Leaders wilayah Jateng dan DI Yogyakarta hari Sabtu lalu.
“Menuliskan mimpi dan cita-cita, membawanya dalam doa setiap sujud, dan ikhtiar maksimal harus terus dilakukan. Insan DAQU terus memegang prinsip ini, doa mendoakan dan minta didoakan adalah salah satu nilai yang harus tetap dibawa,” tambah Tarmizi.
Selain kekuatan mimpi dan ikhtiar, seorang pemimpin harus memiliki peran sebagai Pemikir, Penggerak, dan Pelopor. Peranan ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain untuk menjadi seorang pemimpin di masa depan. Program BTQ for Leaders, PPPA Daarul Qur’an berkehendak memadukan tiga peranan ini untuk mencetak para pemimpin terbaik untuk masa depan yang berakhlak Al-Qur’an yang hadir memberikan perubahan di segala lini masyarakat, terutama di masyarakat minoritas dan marginal.