Doa untuk Palestina dari Timur Indonesia
Kapal cepat bermesin lima motor penggerak itu melabuh sauh di Pelabuhan Jailolo pukul 15.00 WIT, Sabtu (18/5). Syeikh Assad K.M Hammoula beserta tim mendaratkan kaki di tanah Jailolo, telat 3 jam dari yang telah dijadwalkan. Silaturahminya ke Halmahera Barat ini merupakan serangkaian roadshow ke beberapa tempat di Indonesia.
Tanpa menunggu lama, rombongan langsung diboyong menuju Kecamatan Ibu. Setelah menempuh perjalanan darat selama 90 menit, Syeikh Assad pun menyapa Kelompok muslim minoritas di Kecamatan Ibu yang sudah menunggu penuh harap sejak Zuhur.
Syeikh Assad dan tim tidak berlama-lama di Kecamatan Ibu, dan segera kembali ke Jailolo menuju Masjid Nurul Hidayah Desa Bobanehena untuk berbuka puasa bersama masyarakat dan santri Rumah Tahfizh Daarul Qur’an Bobanehena.
Kepada masyarakat Bobanehena, Syeikh Assad amat sangat berterima kasih atas segala bantuan dan doa yang diberikan serta jamuan buka puasa yang mengingatkan beliau dengan Gaza. “Masyaa Allah saat saya makan ikan bakar ini, seketika saya langsung teringat dengan kampung halaman saya, Gaza yang juga kaya dengan ikan,” ujarnya.
Sebelumnya memang, Syeikh sudah berpesan kepada masyarakat untuk dicarikan ikan segar dan ia sendiri yang akan mengolahnya, namun tidak terlaksana karena padatnya agenda. Selain ikan bakar, Syeikh Assad dengan lahap meneguk segarnya air kelapa muda, es pisang ijo, lalampa dan banyak kue tradisional Maluku lainnya.
Tarhim sholat Isya belum juga berkumandang, namun masyarakat Jailolo dan para santri Rumah Tahfizh berbondong-bondong menuju Sigi Lamo (Masjid Besar) Jailolo untuk melaksanakan Sholat Isya dan Tarawih berjamaah dengan Syeikh Assad. Ini merupakan kali pertama Jailolo kedatangan Syeikh asli Palestina, beberapa ada yang bingung namun sebagian besar masyarakat sangat antusias.
Dalam pembukaan khutbahnya, Syeikh Assad merasa sangat bahagia berada di Jazirah Jailolo dimana setiap mata memandang selalu terpampang pemandangan indah. Ia juga menyampaikan salam rakyat Palestina tentang betapa mereka amat mencintai Indonesia dan berharap masyarakat Jailolo bisa bebas berkunjung ke Palestina bersebab telah merdeka. Kemudian Syeikh Assad bercerita tentang kondisi Gaza yang krisis makanan sahur dan berbuka di bulan Ramadhan ini, banyak anak-anak yatim berjuang sendiri, listrik yang hanya tiga jam, terbatasnya air juga obat-obatan.
“Mereka sering tidak sahur, sering tidak berbuka, mereka tidak punya air, mereka tidak punya makanan pokok, mereka tidak punya pertolongan selain pertolongan dari Allaah dan antum semua dari Indonesia. Saya sangat optimis mudah-mudahan sebagaimana kita sholat di masjid ini semoga tahun depan kita bisa sholat tarawih bersama di emper-emper masjid Al-Aqsa,” harapnya.
Malam itu, banyak pasang mata basah, banyak tangan terulur ringan ke kardus-kardus donasi yang disebarkan para santri Rumah Tahfizh Bobanehena. Malam itu, banyak lisan yang merapal do’a untuk Palestina dari ujung negeri, Jailolo.
Laporan Langsung Rizki Yanuar Rini, Kader Tahfizh Daarul Qur’an yang tengah mengabdi di Jaololo