Duka Kembali Menyapa, Tsunami Terjang Selat Sunda
Tsunami menerjang beberapa wilayah pantai di Selat Sunda tepatnya di Pandeglang, Serang dan Lampung Selatan pada Sabtu (22/12). Fenomena alam itu terjadi akibat longsor bawah laut karena pengaruh erupsi Gunung Anak Krakatau.
Udpate sementara pada Minggu (23/12), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 43 orang meninggal dunia, 584 luka-luka dan dua orang hilang. Sementara itu, kerugian fisik meliputi 430 rumah, sembilan hotel dan 10 kapal rusak berat.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo mengatakan, Pandeglang adalah daerah paling parah akibat diterjang tsunami. Saat ini timnya masih terus mendata jumlah pengungsi di masing-masing daerah terdampak bencana.
“Kemungkina data korban dan kerusakan akan terus bertambah. Penanganan darurat masih terus dilakukan,” ujar Sutopo melalui akun instagram pribadinya @sutopopurwo.
PPPA Daarul Qur’an pun menerjunkan tim Siaga Bencana (SIGAB) untuk membantu masyarakat terdampak bencana di wilayah Banten itu. Tim awal akan memberikan pelayanan medis, membantu evakuasi karena masih banyak korban belum ditemukan, mendirikan posko darurat, menyediakan logistik dan dapur umum serta trauma healing.
“Mari kita doakan agar warga Banten yang tertimpa musibah ini diberi kesabaran dan ketabahan. Mohon doa pula untuk tim SIGAB yang berangkat supaya diberi kelancaran dalam melakukan aksi,” ujar Tarmizi As Shidiq, Direktur Eksekutif PPPA Daarul Qur'an saat mengarahkan tim SIGAB.
Tarmizi menuturkan, masyarakat bisa menyampaikan kepeduliaanya melalui PPPA Daarul Qur'an. "Saat ini dukungan kita sangat dibutuhkan bagi masyarakat di Pandeglang, Banten, Lampung dan sekitarnya apapun bentuknya. Kesedihan dan trauma berat atas kehilangan keluarga, teman dan saudara sebab Tsunami datang secara tiba-tiba," ucap Tarmizi.