Kisah Abu Thalhah: Bersedekah dengan Harta yang Dicintai
Abu Thalhah dikenal sebagai sahabat nabi yang besedekah dengan menggunakan harta yang paling di cintainya hingga membuat Rasul dan para sahabat kagum akan keikhlasannya. Kisah Abu Thalhah bisa dijadikan motivasi bersedekah kaum muslim agar semakin bersemangat. Meskipun bersedekah merupakan amalan sunnah, beliau tetap memandangnya penting dan perlu dilakukan. Tidak heran jika sedekah yang dilakukannya tidak main-main, bahkan dengan harta yang paling dicintai. Dalam artikel ini, kami akan mengulik kisah dari Abu Thalhah dan bisa menjadikannya sebagai pembelajar serta bisa mencontohnya.
Kebun Kurma Pembawa Berkah bagi Abu Thalhah
Abu Thalhah merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang dikenal karena kebaikannya dan kemurahan hatinya. Nama aslinya adalah Zaid bin Sahl, tetapi Nabi Muhammad SAW memberinya gelar Abu Thalhah karena kecintaannya pada pohon kurma Thalhah. Abu Thalhah berasal dari suku Aus di Madinah.
Kedermawanan Abu Thalhah sangat terkenal. Beliau gemar bersedekah kepada fakir miskin, anak yatim, dan orang-orang yang membutuhkan. Ketika Nabi Muhammad SAW meminta bantuan untuk merenovasi masjid, beliau mewakafkan seluruh kebun kurma kepada umat Islam.
Kisah ini diriwayatkan oleh Anas bin Malik Radiyallahu ‘Anhu. Dikatakannya, banyak perkebunan kurma di rumah Abu Thalhah. Di antara kebun kurma tersebut, tempat yang paling beliau sukai adalah Kebun Bairaha’
Tapi, suatu ketika diturunkannya Surat Ali Imran ayat 92 yang artinya,
“Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.”
Abu Thalhah pun menyambut dengan antusias. Dengan berbekal keimanan, ia menghampiri Rasulullah dengan mengulangi ayat tersebut, ia mengungkapkan maknanya. Penuh rasa percaya diri, ia akan mewakafkan kebun Bairaha’ dengan harapan mendapat pahala Ilahi dan sebagai jaminan akhirat. Dia mempercayakan pemanfaatannya kepada Rasulullah.
Kemudian beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,
“Bakh! (pernyataan yang menunjukkan besarnya sesuatu). Itulah harta yang benar-benar beruntung. Itulah harta yang benar-benar beruntung. Aku memang benar telah mendengar perkataanmu ini. Aku berpendapat, hendaklah engkau sedekahkan tanahmu ini untuk kerabat. Lalu Abu Thalhah membaginya pada kerabatnya dan anak pamannya.” (HR Bukhari No. 1461)
Rasulullah paham akan niat baik Abu Thalhah, namun beliau memberikan saran terbaik yang lain. Selain lebih tepat sasaran, istri Abu Thalhah tidak tahu saat suaminya membuat keputusan. Rasulullah memandang, pihak keluarga Abu Thalhah masih ada yang layak diberi sedekah.
Hikmah Kisah Abu Thalhah
Rasulullah memahami niat baik Abu Thalhah dan memberinya nasehat terbaik. Selain tepat sasaran, istri Abu Thalhah juga tidak tahu kapan suaminya mengambil keputusan.
Rasulullah melihat, masih ada orang-orang di keluarga Abu Thalhah yang berhak menerima sedekah. Selain yang utama adalah menaati Allah dan Rasul-Nya, ada hal lain yang harus dipelajari oleh Abu Thalhah bahwa memberikan sedekah pada kerabat mendatangkan dua kebaikan.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,
“Sedekah kepada orang miskin nilainya hanya sedekah. Sementara sedekah untuk kerabat nilainya dua, sedekah dan silaturahim.” (HR An-Nasa’i)
Abu Thalhah adalah contoh nyata tentang bagaimana seorang muslim seharusnya hidup dengan penuh kebaikan, kemurahan hati, keberanian, dan ketaatan kepada agama.
Anda bisa berpartisipasi dalam program sedekah penghafal Quran bersama Laznas PPPA Daarul Qur'an. Klik di sini untuk berdonasi. Semoga Allah memberikan kesehatan dan menerima setiap amal ibadah kita. Aamiin.