Mengejar Asa Menjadi Penghafal Al-Qur’an, 8 Santri Ikuti Pembukaan Tahfidz Intensif Batch 3
Senin siang itu menjadi hari yang ditunggu-tunggu oleh delapan santri putri Tahfidz Intensif PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta. Tepat di siang harinya mereka secara resmi akan memulai mengikuti program dauroh Tahfidz Intensif selama tiga bulan.
Acara pembukaan digelar secara langsung dan daring dari Asrama Tahfidz Intensif Daarul Qur’an Sleman dan dihadiri oleh Kepala Cabang PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta, serta diramaikan dengan kehadiran Ustadz Hendy Irawan Saleh secara daring dari Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Cikarang.
Dalam kesempatan itu Kepala Cabang PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta, Maulana Kurnia Putra dan Ustadz Jimmy Pranata selaku Asatidz Tahfidz Intensif menyampaikan ahlan wa sahlan, selamat datang untuk para santri. Namun selamat datang di sini tidaklah hanya dimaksudkan mereka telah menjadi santri dan bagian keluarga besar Daarul Qur’an, melainkan selamat datang menjadi keluarga Allah di Bumi yaitu menjadi penghafal Al-Qur’an.
Begitu mulianya menjadi penghafal Al-Qur’an, Ustadz Hendy Irawan memberikan mauidhoh yang menyejukkan bagi para santri. Ustadz Hendy mewanti-wanti kepada para santri agar selalu menjaga niat dalam menghafal Al-Qur’an.
“Al-Qur’an adalah kalamullah, kedudukannya sangat mulia. Al-Qur’an itu memudahkan, memudahkan karena menjadi jalan buat mereka yang tersesat dan bingung. Siapa saja yang ingin hidupnya mendapatkan hidayah dan menjadi mudah, maka dekatilah Al-Qur’an,” terang Ustadz Hendy.
Para peserta dauroh Tahfidz Intensif Batch 3 berasal dari berbagai daerah, mulai dari Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sumatra. Semuanya kini berkumpul di Asrama Tahfidz Intensif Daarul Qur’an. Beberapa diantara mereka mengaku pernah hidup di pesantren dan asrama, namun beberapa juga mengaku baru pertama kali hidup berasrama dan jauh dari orang tua.
Salah satunya adalah Savitri, remaja kelahiran tahun 2003 yang baru pertama kali akan mencoba belajar dengan sistem asrama. Savitri adalah remaja asal Semarang yang menjadi tertarik untuk menghafal Al-Qur’an sejak SMA dan aktif di organisasi dakwah di sekolahnya.
“Dulu pas SMA itu sering ada kegiatan, kayak mabit terus juga ngaji bareng. Waktu itu kelas tiga sudah pengen menghafal Al-Qur’an tapi belum menemukan tempat, lalu karena habis lulus ini aku mau mengikuti program ini dulu sebelum lanjut kuliah,” ujar Savitri.
Berbeda dengan Savitri yang begitu bersemangat dan datang sebelum asrama dibuka, ada Maya yang menceritakan tentang pengalamannya menghafal Al-Qur’an sejak bangku SMK. Sekitar lima tahun lalu Maya bersekolah di sebuah pondok pesantren di Jawa Barat yang juga mewajibkan dengan program hafalan Al-Qur'an.
“Iya dari jaman SMK karena ada pelajaran tahfidz Qur’an juga, tapi waktu itu Maya masih mengikutinya karena kewajiban saja. Tak terasa malah rasanya ‘kok bisa’ gitu dan malah asik aja. Terus lanjut kuliah di Jogja juga tinggal di asrama mahasiswa dan masih lanjut menghafal,” cerita Maya yang selama kuliah juga sudah menjadi musyrifah di asrama sebuah kampus swasta yang cukup terkenal.
Baik Savitri dan Maya, serta teman-teman yang tergabung dalam Tahfidz Intensif mempunyai cerita dan pengalamannya masing-masing, dari sebuah bisikan untuk menempuh jalan kebaikan. Kini di Tahfidz Intensif Batch 3 inilah mereka dipertemukan untuk bersama-sama berjuang mewujudkan asa menjadi seorang penghafal Al-Qur’an. []
Oleh: Umi Nurcahyati, PPPA Daarul Qur’an Yogyakart