Ikhtiar Umi Rahma Beratas Buta Huruf Hijaiyah
Nyanyian beberapa ekor jangkrik terdengar nyaring dari petakan kolam ikan itu. Lampu-lampu jalanan pun mulai dipendarkan. Sedangkan, puluhan anak-anak yang sejak Magrib memenuhi masjid, kini beranjak merapat ke sebuah rumah kecil di ujung jalan sana.
Mereka masih mengenakan sarung, beberapa membawa tas ransel lengkap dengan alat tulis. Alas kaki dilepaskan dan mereka pun duduk bersila. Hanya dengan satu kalimat, Umi Rahma dapat menertibkan anak-anak yang sebelumnya bising itu.
Ya, wanita paruh baya itu akrab dipanggil Umi Rahma, ia adalah seorang pengajar di Taman Pendidikan Alqur'an (TPQ) Al-Ihsan. Lebih dari itu, Rahmania, nama lengkapnya, adalah satu-satunya pengajar di TPQ yang beralamat di Perumahan Villa Mellia, Rawakalong, Gunung Sindur, Bogor.
Hampir setiap hari ia mengajar anak-anak dari rentang usia SD hingga SMP. Materinya adalah Alqur'an hingga akidah. Tidak hanya anak-anak, bahkan orang tua pun rutin ia didik setiap pekannya. Mayoritas dari mereka adalah Ibu-ibu. "Saya mengajar memang karena suka. Sudah sejak zaman kuliah, saya sering diajak oleh kakak kelas untuk mengajar," ujar Umi Rahma.
Kini, mengajar sudah seperti pakaian sehari-hari baginya. Awal mendirikan TPQ pada 2012 lalu, hanya ada 3-5 anak yang belajar, termasuk anaknya yang paling bungsu. Lambat laun, anak didiknya pun bertambah hingga kini berjumlah sekitar 43 santri.
"Proses belajar mengajar dimulai bakda Magrib, anak-anak ke rumah. Biasanya, saking banyaknya santri, sampai harus menggelar tikar di depan rumah agar mereka tetap bisa belajar. Belum lagi kalau hujan, mereka harus bergegas masuk ke dalam rumah, meski jadi sedikit berdesakan," jelas wanita 41 tahun itu.
Berbeda dengan kelas Ibu-ibu, Umi Rahma biasanya berkeliling komplek untuk menyesuaikan permintaan mereka. Mengingat, tempat belajar bersama ibu-ibu kadang berganti. Semua ikhtiarnya tersebut semata-mata karena ingin memberantas buta huruf hijaiyah, khususnya di tempatnya tinggal agar masyarakat dapat membaca Alqur'an, menghafal hingga mentadabburinya.
Umi Rahma tidak memberikan tarif untuk santrinya. Artinya, kelas belajar bersama Umi Rahma adalah gratis. Namun tetap saja ada beberapa warga yang berinisiatif untuk memberikannya bantuan, baik berupa uang maupun barang-barang seperti karpet dan lain-lain.
Umi Rahma adalah salah satu penerima bantuan Simpatik Guru yang digagas oleh PPPA Daarul Qur'an. Ia adalah satu dari ratusan pendakwah yang gigih mempertahankan nilai-nilai agama untuk dikenalkan kepada anak sejak usia dini.