Nabilah Siap Mengabdi untuk Al-Qur'an dan Indonesia
Nabilah tak sanggup menahan kesedihan saat mengungkapkan kalau ayahnya sudah dipanggil Allah ketika ia masih duduk di kelas 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Nabilah adalah satu-satunya harapan keluarga untuk menjadi pribadi yang sukses dunia akhirat.
“Orangtua saya sudah tinggal satu sudah tinggal ibu. Karena saya anak bungsu jadi mereka pengen saya bener-bener menjadi seorang penghafal Al-Qur’an. Mereka ingin saya jadi orang sukses yang bisa bermanfaat untuk umat,” ujar Nabilah akhir Maret lalu.
Hal tersebut memotivasi anak bungsu dari 11 bersaudara itu terus belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Semangatnya menghafal Al-Qur’an membawa mahasiswi yang mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Arab di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) itu mendapat Beasiswa Tahfizh Qur’an (BTQ) for Leaders.
Nabilah sangat bersyukur mendapat beasiswa dari program BTQ for Leaders. Selain meringankan biaya kuliah, BTQ juga sejalan dengan harapannya yang tetap ingin menjaga hafalan. Nabilah yang sudah khatam 30 juz sangat terbantu dengan adanya mentor untuk mengulang hafalan Qur’annya.
“Orangtua sudah tidak mampu membiayai kuliah maka saya berharap sekali bisa ikut program ini dan Alhamdulillah diterima. Dengan ikut BTQ ini saya bisa memutqinkan hafalan yang sudah saya selesaikan saat masih di pesantren. Kemudian saya banyak dilatih menjadi seorang pemimpin,” tuturnya.
Siap Mengabdi untuk Al-Qur’an dan Indonesia
Aktivitas yang padat tak menyurutkan semangat Nabilah untuk tetap membaca ayat-ayat suciNya. Ia selalu menyempatkan diri untuk murojaah hafalan Qur’annya. Nabilah juga aktif dalam aktivitas sosial yakni mengajar anak-anak tunanetra menghafal Al-Qur’an.
Selain dapat mengulang kembali hafalan Qur’annya, Nabilah mengaku banyak sekali pelajaran yang ia dapat setelah mengajar anak-anak tunanetra tersebut. Karena meskipun hidup dalam keterbatasan fisik, mereka tetap antusias menghafal Al-Qur’an.
“Sebaik baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya. Saya merasa tersentil karena mereka saja yang memiliki kekurangan, tidak bisa melihat tapi mereka masih punya semangat yang kuat untuk menghafal Al-Qur’an,” tutur Nabilah.
Aktivitas sosial dan ilmu yang ia dapat selama kuliah, akan dijadikan Nabila sebagai bekal untuk berdakwah. Karena setelah lulus, Nabila mengaku siap diterjunkan ke wilayah dakwah Daarul Qur’an untuk mendawamkan dan menularkan semangat tahfizhul Qur’an.
“InsyaAllah siap. Kenapa saya memilih jurusan Pendidikan Bahasa Arab, karena saya ingin bermanfaat untuk orang lain. Dan memang sudah seharusnya seorang wanita itu menjadi pendidik, bukan hanya untuk umat tapi juga mendidik anak-anaknya kelak, generasi masa depan bangsa,” ucapnya.
Nabilah adalah salah satu dari 148 penerima BTQ for Leaders dan masih banyak lagi santri-santri penghafal Qur’an dari 10 Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Takhassus serta 1.027 rumah tahfizh yang tengah dikader oleh PPPA Daarul Qur'an dan punya mimpi menjadi sarjana.
Melalui Kaderisasi 1.000 Sarjana Penghafal Qur'an dan Pembangunan Institut Daarul Qur'an, PPPA mengajak seluruh masyarakat Indonesia menjadi bagian lahirnya sarjana penghafal Al-Qur'an dengan ikut dalam Gerakan Sedekah Nasional pada 27 April mendatang.