Profil Singkat Jamil, Santri Korban Kebakaran Rumah Tahfidz yang Berasal dari Filipina
Ahmad Jamil harus meregang nyawa setelah terjebak dalam kobaran api pada Jum'at (14/1) dini hari. Jamil, panggilan akrabnya, wafat dalam peristiwa terbakarnya Rumah Tahfidz An-Nuur Jatiasih, Bekasi.
Ia adalah satu dari 18 santri mukim yang tengah menghafal Al-Qur'an di Rumah Tahfidz tersebut. Selama 2 tahun berada di Rumah Tahfidz, Jamil sudah memiliki hafalan Al-Qur'an sebanyak 12 juz.
Siapa sangka, Jamil adalah santri asal Filipina. Hal tersebut dipertegas oleh pernyataan pengasuh Rumah Tahfidz An-Nuur, Ustadz Muhammad Sidqie. Ia membenarkan bahwa Jamil adalah santri asal Filipina.
Santri berusia 14 tahun itu lahir dan besar di Filipina. Hingga suatu ketika, saat masih di Filipina Jamil bertemu dengan Iskandar yang belakangan diketahui bahwa ialah ayah angkatnya.
Ternyata, Iskandar sudah mengenal Jamil sejak usia 5 tahun. Di mata Iskandar, Jamil memiliki kemauan dan kecerdasan yang lebih dari anak-anak pada umumnya. Hal itulah yang membuat Iskandar akhirnya mengajak Jamil ke Indonesia untuk belajar agama.
Sesampainya di Indonesia, Jamil dibawa ke Rumah Tahfidz An-Nuur untuk belajar agama, mulai dari sholat, puasa, membaca hingga menghafal Al-Qur'an. Meski demikian, Jamil datang ke Indonesia dalam kondisi belum bisa sholat, membaca Al-Qur'an, dan tentu saja bahasa Indonesia.
Kecekatan Jamil terbukti setelah 2 tahun berada di Rumah Tahfidz ia dapat beradaptasi dengan teman-teman dan lingkungannya dengan baik. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Ustadz Sidqie. Hingga sebelum wafat Jamil sudah memiliki hafalan Al-Qur'an sebanyak 12 juz.
Jamil dikenal sebagai sosok yang baik di mata asatidz, teman-teman dan warga sekitar Rumah Tahfidz. Oleh karena itu tak ada yang percaya bahwa Jamil adalah korban dalam insiden kebaran dua hari lalu.
Jenazah Jamil dimakamkan di tempat pemakaman umum tak jauh dari Rumah Tahfidz. Jamil begitu dicintai oleh teman-teman dan warga sekitar. Hal itu terbukti ketika proses sholat jenazah, ratusan warga berkumpul di masjid untuk mensholatkan Jamil.
Mereka juga ikut mengiringi Jamil menuju peristirahatan terakhirnya. Tak sedikit dari warga yang menangis kehilangan sosok santri yang baik seperti Jamil.
Keluarga Jamil yang berada di Filipina pun ikut menyaksikan pemakaman Jamil melalui video call. Mereka nampak begitu terpukul karena kehilangan anak yang luar biasa.
Menurut Iskandar, Jamil dipanggil oleh Allah lebih dini dalam keadaan menghafal Al-Qur'an dan masih remaja agar tak mengenal 'kehidupan gelap' ketika dewasa.
"Selamat jalan Jamil, ahlul Qur'an, semoga Allah menempatkanmu di tempat terbaik-Nya. Aamiin"