Saat Daging Qurbanmu Sampai ke Lereng Gunung Bromo
Pagi itu, Gunung Bromo masih memeluk erat dengan cuaca dinginnya. Namun, cukup dengan sweater dan peci, anak-anak di Kampung Qur’an Bromo mengalahkan rasa dingin itu.
Saat itu, pasca Hari Raya Idul Adha 1441 H, atau 2020 M, lebih tepatnya pada Hari Tasyrik kedua, Ahad (2/8) tahun lalu, PPPA Daarul Qur’an menyembelih dan mendistribusikan hewan qurban di berbagai wilayah, salah satunya yakni Kampung Qur’an Bromo yang terletak di Desa Wonokerto, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
PPPA Daarul Qur’an Surabaya mengutamakan pendistribusian di daerah ini karena merupakan wilayah dengan jumlah muslim yang minoritas. Kampung Qur’an Bromo dikelilingi oleh pemukiman yang penduduknya mayoritas beragama non-muslim.
PPPA Daarul Qur’an Surabaya pun mendistribusikan sebanyak 200 kantong daging qurban untuk masyarakat Kampung Qur’an Bromo. Tak hanya daging, PPPA Daarul Qur’an Surabaya juga membagikan masakan jadi berupa sate, gulai serta rendang untuk dinikmati bersama santri Suku Tengger Bromo.
Perjalanan menuju lokasi Kampung Qur’an Bromo membutuhkan waktu kurang lebih tiga jam, dengan medan yang naik-turun dan jalanan yang berliku. Mengingat lokasinya yang berada di lereng Gunung Bromo.
Setibanya di sana, PPPA Daarul Qur’an Surabaya kemudian menuju Mushola Al-Ikhlas Wal Barokah yang menjadi pusat aktivitas keagamaan dan tempat anak-anak muslim Suku Tengger belajar, mengaji, dan menghafal Al-Qur’an.
Mushola Al-Ikhlas Wal Barokah ini berdiri sejak 2011. Diwakafkan oleh seorang muallaf dari Suku Tengger bernama Sumarjono yang kini telah wafat. Tidak jauh dari khas Suku Tengger, mushola tersebut dibangun menggunakan dinding kayu jati dan tiang dari kayu cemara Bromo, dengan dihiasi beberapa ukiran.
Keberadaan mushola di kaki Gunung Bromo ini menjadi sarana dakwah di tengah perkampungan yang jarang terdengar alunan bacaan Al-Qur’an. Kini mushola tersebut diramaikan oleh puluhan santri yang mengaji.
“Masyarakat sekitar Suku Tengger tetap rukun hingga saat ini, umat muslim maupun Hindu tetap hidup berdampingan dan saling menghargai. Budaya Suku Tengger tetap terjaga, tidak ada masalah soal perbedaan keyakinan,” ujar Diantoro, selaku ketua takmir mushola.
Ia bersyukur karena dapat menikmati daging qurban pada Idul Adha kala itu. Ia berharap bahwa anak-anak dapat merasakan daging qurban pada tahun-tahun berikutnya. []