Santri Rumah Tahfidz Berbagi Beras untuk Dhuafa
Ma Ning (80) hidup sebatang kara di rumahnya yang terletak di salah satu desa di Tasikmalaya, Jawa Barat. Suaminya sudah lama meninggal dunia, sementara anak-anaknya jauh di perantauan. Ma Ning hanya mengharapkan bantuan dari warga sekitar untuk makan sehari-hari.
Ia sangat bersyukur setelah mengetahui Rumah Tahfidz Al-Ikhlas bekerja sama dengan PPPA Daarul Qur’an meresmikan Bank Beras pada Jumat (22/11). Program ini diperuntukkan kepada warga dhuafa seperti Ma Ning. Beras terkumpul dari sedekah para santri ruamh tahfidz.
“Donatur tetap di Bank Beras ini adalah anak-anak santri. Setiap sore mereka membawa beras. Tidak banyak satu orangnya hanya sebotol kecil saja. Namun jika dikumpulkan bisa mencapai 5kg beras setiap harinya,” Pimpinan Rumah Tahfidz Al-Ikhlas, Ustadz Fahmi Mujammil.
Ustadz Fahmi sapaan akrabnya, mengaku sangat prihatin dengan kondisi di lingkungan sekitar rumah tahfidz yang ternyata sangat membutuhkan beras setiap harinya. “Bayangkan, warga ada yang sampai pinjam uang ke rentenir hanya untuk beli beras,” tuturnya.
Karenanya, ia berharap program Bank Beras ini bisa membantu warga sekitar yang membutuhkan. Setidaknya untuk membeli beras tidak perlu meminjam uang. Setiap kepala keluarga dhuafa di kampungnya mendapatkan 2kg beras.
“Yang mau ambil beras, ambil kuponnya di masjid, lalu kupon tersebut diisi dan datang ke Bank Beras. Jika sudah diisi kupon tersebut dimasukkan ke dalam tempat kupon. Lalu yang mau ambil beras menakar sendiri timbangannya sebesar 2kg. Sesudah itu diminta do’anya. Dengan sendirinya mendo’akan para donatur, dan pengurus bank beras, jadi dibayar dengan do’a,” tuturnya.
Ustadz Fahmi juga menerima sedekah beras dari masyarakat yang juga ingin terlibat dalam program Bank Beras. Hal itu lantaran masih sedikitnya jumlah beras yang masuk sedangkan yang membutuhkan sangat banyak. “Semoga semakin banyak yang memberikan berasnya ke sini dan menjadi keberkahan untuk semua donatur yang telah membantu,” harapnya. (zantina/ara)