Senyum Yakub dan Speaker Merahnya
Tiang sudut saung di ujung timur rumah tahfizh menjadi tempat bersandar bocah berbaju putih sore itu. Didampingi seorang wanita paruh baya, dirinya terus mendekatkan speaker merah ke telinga kirinya. Tubuhnya jarang sekali bergerak, tanpa sapaan, dan terus memejamkan mata. Ia terus sibuk dengan speaker merahnya, meski bocah sepantarannya tengah asyik bermain di sekelilingnya.
Namanya Abi Yakub (12), salah satu santri kelas tahfizh di Rumah Tahfizh Ar-Rahman, Jalan Keramat Agung No. 1, Kampung Kaca, Desa Rong Tengah, Sampang, Madura. Rupanya, lantunan murottal Surah Al-Baqarah yang berkali-kali ia putar sambari berkomat-kamit mencoba untuk melafalkannya.
Terlahir menjadi sosok yang spesial membuat Yakub ingin mempersembahkan yang spesial pula untuk kedua orang tuanya. Fisiknya memang tidak sesempurna bocah-bocah sepantarannya. Yakub telah divonis buta permanen sejak dirinya berusia empat bulan dalam kandungan karena tidak memiliki bola mata.
“Begitu Yakub lahir, saya langsung nangis, terutama melihat kondisinya yang tidak bisa melihat. Sampai 7 tahun itu juga lumpuh, tidak bisa jalan. Benar-benar pakai sabar besarin Yakub ini. Tapi sekarang saya bahagia, melihat Yakub rajin menghafal, ya dengan speaker merahnya ini. Malah sekarang sering diundang kemana-mana untuk beri motivasi,” terang Dhoirowati (49), Ibu Kandung Abi Yakub.
Yakub adalah salah satu santri peserta Wisuda Akbar Rumah Tahfizh ke-9 bulan Februari 2019 lalu. Hafalannya sudah teruji dengan penghargaan kategori dua juz saat diwisuda. Kini, Yakub telah menyelesaikan hafalan juz tiganya. Hafalan ini ia peroleh dari ikhtiarnya menghafal dengan mendengar murotal yang kemudian disetorkan ke Emak dan Ustadzah Fauda Pengasuh Rumah Tahfizh Ar-Rahman sejak satu tahun yang lalu.
“Yakub sudah menghafal sejak umur delapan tahun, dulu dia sendiri yang minta. Melihat antusias Yakub, saya jadi mantap daftarkan dia ngaji biar menghafal. Sempat berkali-kali ditolak di banyak tempat karena dikira saya tidak sanggup bayar. Alhamdulillah, bisa diterima di Rumah Tahfizh ini setahun yang lalu,” jawab Sang Ibu.
Ayahnya, Habib Umar (60), petani garam di Kampung Polagan, Sampang juga selalu mendukung Abi untuk terus menghafal Al-Qur’an. Keluarganya mengaku bangga memiliki keturunan seperti Yakub, mengingat tidak ada satu pun silsilah keluarganya yang hafal Al-Qur’an.
“Pengen jadi penghafal Al-Qur’an dan dapet mahkota di surga, Bismillahhirrahmanirrahim, ” jawab Yakub dengan terbata-bata. Mulutnya bergemetar saat mengucap cita-citanya menjadi penghafal Al-Qur’an, jauh berbeda dengan suara lantangnya saat melantunkan hafalan Qur’annya.
Yakub adalah salah satu penerima manfaat Program Bingkisan Senyum Lebaran dari PPPA Daarul Qur’an. Berharap Yakub terus istiqomah untuk menyelesaikan hafalannya, juga bagian dari inspirasi untuk terus menghafal Al-Qur’an dengan segala keterbatasan. Semoga Yakub dan keluarganya selalu istiqomah dalam memperjuangkan hafalan Qur’an, Aamiin.