Yusuf: Ingin Belajar dan Mengajarkan Al-Qur'an
Yusuf Fahlevi, pemuda asal Minang yang punya mimpi menjadi pengusaha dan melanjutkan kuliah di Mesir ini tengah mempesiapkan diri untuk mewujudkan cita-citanya. Salah satu cara yang ia tempuh adalah dengan menghafal Al-Qur’an.
Namun bagi Yusuf, menjadi seorang penghafal Al-Qur’an yang istiqomah dengan hafalannya bukanlah hal yang mudah. Karena itu, mahasiswa penerima Beasiswa Tahfizh Qur’an (BTQ) for Leaders ini melakukan kegiatan-kegiatan yang memotivasinya untuk menjaga hafalan Qur’anya.
Menurut mahasiswa semester enam jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, agar hafalan seorang penghafal Qur’an bisa tetap terjaga salah satunya adalah dengan mengajarkannya kembali kepada orang lain. Tak hanya itu, lingkungan yang kondusif juga menjadi penentu bagi kelanggengan hafalan seseorang.
“Kalau kita dapat lingkungan yang baik, mau tidak mau dengan sendirinya kita jadi terpengaruh menjadi baik. Itu sangat memudahkan kita dalam melancarkan hafalan,” ujar lulusan SMAN 1 Padang Panjang, Sumatra Barat ini kepada PPPA Daarul Qur’an, Ahad (24/3).
Yusuf telah menyelesaikan 30 juz hafalannya pada Ramadhan 2018 lalu. Saat ia pulang dan menyampaikan keberhasilannya dalam menyelesaikan hafalan Al-Qur’annya, ia mengaku melihat wajah bahagia kedua orang tuanya. Ia mengungkapkan, kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai pedagang perabot rumah tangga ini juga sangat mendukung aktivitasnya.
“Alhamdulillah, orang tua mendukung sekali kegiatan Al-Qur’an saya. Malah orang tua saya sampai bilang begini, ‘Mama gak terlalu butuh Yusuf fokus di bisnis ataupun nilai perkuliahan tinggi namun Al-Qur’an terbengkalai’. Yang paling penting bagi orang tua saya itu, saya selalu ditanya, bagaimana hafalan Qur’annya?”
Hal inilah yang membuat Yusuf tak hanya fokus di perkuliahan namun juga dalam dakwah Al-Qur’an. “Aktivitas saya selain kuliah, saya menjadi ketua Mahad At-Taysir Udrussunnah, mahad yang mengurus pelajaran bahasa Arab khususnya mahasiswa ITB, dan juga kepada masyarakat pelajar dan sebagainya,” katanya.
Lelaki yang mengaku ingin tetap belajar dan mengajarkan Al-Qur’an ini juga menyebutkan saat ini mahad yang dikelolanya telah memiliki murid berjumlah ratusan. “Saya diamanahi jadi ketua yang mengurus mahad itu untuk tahun 2018-2019. Selain itu saya juga menjadi pengajar bahasa Arab, mengajar kelas tahsin, mengajar kitab matan jazari, dan berdagang kitab,” kata anak kelima dari tujuh bersaudara yang lahir di Payakumbuh, 19 Juli 1998 ini.
Oleh karenanya, beasiswa BTQ for Leaders ini dianggap Yusuf sangat berguna bagi dirinya. Karena tak hanya memberikan fasilitas bagi para penghafal Al-Qur’an, program beasiswa ini juga mendidik para penerimanya agar memiliki sifat kepemimpinan berlandaskan Al-Qur’an. Kelak, dari program beasiswa ini diharapkan dapat lahir generasi pemimpin yang berkarakter Qur’ani.
“Harapan saya, semoga BTQ tetap menjaga visinya untuk mencetak pemimpin yang berkarakter Qur’an,” katanya.
Mari terus dukung Yusuf dan para penerima manfaat program BTQ for Leaders ini untuk mewujudkan mimpinya menjadi sarjana dan penghafal Al-Qur’an melalui program Kaderisasi 1.000 Sarjana Penghafal Al-Qur’an. Semoga donasi yang dikeluarkan dapat menjadi pemberat timbangan kebaikan di akhirat kelak. Aamiin.