Anak Hebat Itu Bernama Paksi
Paksi tinggal bersama ibu dan kakaknya yang berusia 18 tahun, di sebuah rumah yang berdinding batu di Dukuh Butuh, Bawukan, Kemalang, Klaten. Mendiang Ayah Paksi wafat saat ia berusia 5 tahun karena sakit yang dideritanya.
Selasa sore (10/1) diiringi derasnya hujan di lereng merapi, sebanyak 10 santri Yatim Lereng Merapi berkumpul di Saung Qur'an PPPA Daarul Qur'an di Dusun Kalitengah Kidul, Cangkringan, Sleman yang dibersamai oleh wali masing-masing. Namun, tidak untuk salah satu anak berusia 10 tahunan yang hadir seorang diri, berjalan menuju Saung Qur’an di antara basah air hujan sore. Paksi, begitulah teman-teman dan keluarga memanggilnya, anak laki-laki yang masih duduk di kelas 4 SD Muhammadiyah Cepitsari, Glagaharjo, Kec. Cangkringan, Kab. Sleman.
Paksi tinggal bersama ibu dan kakaknya yang berusia 18 tahun, di sebuah rumah yang berdinding batu di Dukuh Butuh, Bawukan, Kemalang, Klaten. Mendiang Ayah Paksi wafat saat ia berusia 5 tahun karena sakit yang dideritanya.
Ibu Dariyah, ibu Paksi saat ini menjadi tulang punggung keluarga. Sepeninggal almarhum suami, ibu Dariyah tidak menikah lagi. Beliau ikhtiar keras menjemput rezeki keluarganya dengan menjadi buruh cuci juga dalam waktu sepekan dua sampai tiga kali beliau bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga (ART) di salah satu rumah warga di daerah Panggang, Kemalang, Klaten. Sang kakak pun turut membantu ekonomi keluarga dengan bekerja serabutan sesuai kebutuhan juragannya, mulai dari berkebun juga bekerja sebagai ojek online.
Saban hari sepulang sekolah, layaknya anak-anak seusianya Paksi suka bermain dengan teman-temannya, terkadang ia pergi memancing dan ikan hasilnya memancing ia bawa pulang untuk dijadikan lauk di rumah, atau ia pelihara di sebuah bak kecil di rumahnya. Ketika sore hari tiba, Paksi akan pergi untuk mengaji di TPA di dekat rumahnya yang diadakan sepekan dua kali. Selepas TPA dan pulang ke rumah, tidak ada sambutan dari ayah atau ibu. Paksi pulang dengan keadaan rumah yang masih kosong, kakak dan Ibunya belum pulang bekerja.
Perjuangan Ibu Daryati sebagai tulang punggung keluarga membuatnya mau tidak mau bekerja hingga larut dan membiarkan anak bungsunya seorang diri di rumah, juga membiarkan anak sulungnya untuk bekerja selepas lulus SMA. Bukan keinginannya bukan juga keinginan Paksi di usianya yang masih 10 tahun ia harus menghabiskan hari-harinya di rumah seorang diri, namun garis hiduplah yang membuat Ibu Dariyah tetap menjalani dan berjuang untuk menjalani hidup, demi tetap bisa mencukupi kebutuhan keluarganya.
“Mamak sama mas biasanya pulang kerja jam 10 malam, kadang sampai jam 11. Berangkatnya dari pagi. Kalau mamak nginep, mamak akan pulang dulu buat jemput aku di rumah,” tutur Paksi.
Inilah sepenggal kisah Paksi, seorang anak hebat yang ditinggal ayahnya sejak usia 5 tahun, yang kini rajin mengaji Al-Qur’an dan berprestasi juara pantomim untuk mengisi hari-harinya.
Setelah sore yang basah di Saung Qur’an PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta di Kampung Qur’an Merapi, tim PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta berkesempatan untuk mengantarkan Paksi pulang didampingi oleh Ustadz Aryo selaku pengasuh dari komunitas Yatim Lereng Merapi.
Tidak ada raut muka sedih Paksi selama perjalanan menuju rumah. Sesampainya di rumah, Paksi membuka pintu rumahnya, rumah dengan dinding dari batu khas rumah di lereng Merapi, disuguhkan tumpukan baju-baju dalam keranjang yang belum disetrika.
Ya, itu adalah pekerjaan Ibu Daryati yang belum selesai meski sudah seharian bekerja di luar. Ibu dan kakak paksi yang seringkali pulang larut malam, tak jarang Paksi tertidur ketika menunggu ibunya pulang.
Paksi sudah terbiasa menghabiskan siang dan malamnya seorang diri di rumah, ketika ibu dan kakaknya bekerja. Hanya ada satu televisi tabung di ruang tengah yang sudah tidak berfungsi dikarenakan ia tidak memiliki set up box untuk mengakses siaran digital, hanya radio FM yang menemani sepanjang hari Paksi.
Santri kelahiran 12 September 2012 ini tampak gembira ketika mendapat bingkisan di Saung Qur’an tadi. Paksi dengan bungah sumringah membuka bingkisan dari #OrangBaik yang telah berdonasi melalui Kitabisa.com dan didistribusikan Serambi Gotong Royong (Segoro.id) bersama PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta. “Waaah banyak banget isinya, ada sepatu baru, seragam baru, alat-alat tulis juga. Alhamdulillah,” seru gembira Paksi membongkar bingkisan untuk anak-anak hebat di lereng Merapi.
Bingkisan yang berisi alat tulis, seragam sekolah, sepatu, serta uang saku yang diharapkan bisa menunjang sekolah dan prestasi Paksi juga anak-anak lain yang ditinggal wafat ayahanda karena COVID-19 lalu. “Ini sepatunya yang kanan udah sobek hehe, Alhamdulillah dapat sepatu baru, uangnya mau aku kasihkan ke mamak nanti,” jelas Paksi sambil tertawa meringis menunjukkan sepatu lamanya yang sobek.
"Alhamdulillah….Alhamdulillah….," kata itu terus terucap dari mulut mungil paksi setiap membuka isi bingkisan tersebut.