Cerita Hafidz Qur'an Asal Lombok Berlabuh Jadi Mahasiswa di Idaqu
Iwan ternyata bukan mahasiswa biasa. Pemilik nama lengkap Muhammad Iwan tersebut merupakan mahasiswa Institut Daarul Qur'an sekaligus duta kebersihan. Duta kebersihan sendiri memiliki tugas untuk menjadi pelopor kebersihan di seluruh area kampus.
Pagi-pagi sekali Iwan sudah berangkat ke kampus, padahal waktu masih menunjukkan pukul 06.00 WIB. Ia pergi bersama dua orang temannya. Bukannya membuka laptop, ia justru menenteng sapu lidi.
Iwan ternyata bukan mahasiswa biasa. Pemilik nama lengkap Muhammad Iwan tersebut merupakan mahasiswa Institut Daarul Qur'an sekaligus duta kebersihan. Duta kebersihan sendiri memiliki tugas untuk menjadi pelopor kebersihan di seluruh area kampus.
Pemuda asal Lombok itu berminat menjadi duta kebersihan karena dirinya sudah terbiasa melakukan aksi bersih-bersih sejak mondok. Meski sepintas aktivitasnya mirip seperti 'tukang bersih-bersih' namun ia mengaku tidak malu ketika bertemu teman-teman kuliahnya.
"Nggak (malu) sih, karena sudah biasa dari pondok bersih-bersih, jadi dulu malah temen-temen sekolah saya kerja, dilihat temen-temen banyak, jadi sekarang sudah biasa," ungkap pemuda yang hobi olahraga itu.
Perjalanan yang Iwan tempuh untuk bisa kuliah juga menjadi alasan lainnya. Menurutnya, semua perjuangan yang ia lalui sebelum masuk ke Institut Daarul Qur'an begitu luar biasa. Iwan juga tak pernah membayangkan dapat menempuh pendidikan tinggi ke luar daerah.
Ia adalah anak seorang petani. Iwan pernah lama tinggal bersama neneknya karena ayah dan ibunya berpisah. Kala itu, neneknya hanya seorang pengrajin tikar namun tetap berusaha menopang kehidupan Iwan kecil. Hingga sampai suatu saat ia masuk ke pondok pesantren.
Dedikasinya kepada pesantren tersebut membuat Iwan menjadi orang kepercayaan kyainya. Ia adalah pilihan utama untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan pondok. Namun di sela padatnya aktivitas tersebut Iwan masih sempat belajar dan menghafal Al-Qur'an. Hingga perjuangannya menghafal Al-Qur'an terbayarkan dengan khatam 30 juz.
"Alhamdulillah sudah khatam 30 juz, dari situlah guru saya di pondok ngasih informasi beasiswa di Institut Daarul Qur'an," katanya.
Iwan melihat informasi tersebut sebagai kesempatan baginya untuk mengembangkan potensi. Dibantu gurunya di pondok, ia mendaftar dan melengkapi persyaratan beasiswa. Tidak lupa, Iwan juga meminta doa restu dari sang ibu.
Hingga kemudian Allah menjawab doa-doanya. Ia dinyatakan lolos seleksi dan berhak kuliah di Institut Daarul Qur'an tanpa biaya alias gratis. Kabar tersebut seperti mimpi baginya yang tak pernah membayangkan dapat kuliah di kota.
Pergi ke ibu kota merupakan hal baru baginya. Namun ia ingin membuktikan bahwa dirinya bisa sukses meski berasal dari daerah. Iwan memiliki kepribadian yang pendiam namun berani mencoba hal-hal baru. Buktinya, ia antusias bergabung menjadi duta kebersihan Institut Daarul Qur'an.
Sekarang Iwan sudah menjadi mahasiswa Institut Daarul Qur'an semester tiga. Setiap kali ia mengingat perjuangannya sebelum kuliah, maka saat itu juga dirinya lebih bersyukur kepada Allah.
Iwan pun berpesan kepada seluruh anak-anak Indonesia agar tidak menyerah dalam menggapai mimpi. Terlebih untuk melibatkan Allah dalam setiap ikhtiar. Karena Allah Maha Mengetahui, termasuk apa yang terbaik untuk setiap hamba-Nya.
Dukung mereka jadi sarjana pengahfal Qur'an dengan sedekah terbaikmu. Klik di sini untuk donasi!