Ustadzah Nur Kusumah dan 32 Santri Lansianya di Rumah Tahfizh Sabilunnajah Yogyakarta
Yogyakarta (7/12). Tiga puluh dua nenek-nenek sedang duduk melingkar sambal memegang mushaf Al-Qur’an di sebuah pendopo masjid bersama seorang guru mengaji saat Tim PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta dating membawa mushaf Al-Qur’an dan alat sholat baru. Disanalah Rumah Tahfizh Sabilunnajah saban hari beraktivitas. Rumah tahfizh di Bantul ini adalah salah satu rumah tahfizh binaan PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta yang membina para lansia berusia enam puluh sampai delapan puluh tujuh tahun. Guru mengaji itu adalah Nur Kusumah, lebih akrab disapa Ustadzah Nur oleh para santri di Rumah Tahfizh Sabilunajah.
Yogyakarta (7/12). Tiga puluh dua nenek-nenek sedang duduk melingkar sambal memegang mushaf Al-Qur’an di sebuah pendopo masjid bersama seorang guru mengaji saat Tim PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta dating membawa mushaf Al-Qur’an dan alat sholat baru. Disanalah Rumah Tahfizh Sabilunnajah saban hari beraktivitas. Rumah tahfizh di Bantul ini adalah salah satu rumah tahfizh binaan PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta yang membina para lansia berusia enam puluh sampai delapan puluh tujuh tahun. Guru mengaji itu adalah Nur Kusumah, lebih akrab disapa Ustadzah Nur oleh para santri di Rumah Tahfizh Sabilunajah.
Usatdzah Nur berlatar belakang pengusaha di Surabaya, namun usahanya mengalami ujian. Pada tahun 2020, Ustadzah Nur dan keluarga memutuskan untuk pindah ke Yogyakarta. “Sore itu saya mau sholat maghrib ke masjid dekat rumah, tapi saat saya hendak berangkat ke masjid mendengar suara adzahn dari tempat gelap, lalu saya mendekati sumber suara adzan tersebut, dan saya menemukan enam orang simbah-simbah yang sedang duduk di masjid dengan seorang muadzin yang sedang adzan. Dan saya membaca tulisan Rumah Tahfizh Sabilunajah,” tutur Ustadzah Nur yang menceritakan awal mula bisa sampai di Rumah Tahfizh Sabilunajah.
Sebagai pendatang, Ustadzah Nur pun memutuskan untuk sukarela mengajar di Rumah Tahfizh Sabilunnajah sejak thaun 2020. Awal dakwah yang dilakukan oleh beliau adalah mengajarkan gerakan dan bacaan sholat karena mayoritas santri tidak bisa membaca Al-Qur’an dan belum tahu bacaan sholat.
Berbagai metode diterapkan oleh Ustadzah Nur, mulai dari piket santri untuk muqodimah dan seruan untuk para santri untuk membangun kepercayaan diri dan melatih keberanian para santri untuk berbicara baik di depan umum maupun menyambut tamu yang datang ke Rumah Tahfizh Sabilunajah. Lambat laun santri pun bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Sekarang sudah ada tiga puluh lima santri lansia. Kemampuan santri pun terus bertambah setiap harinya. Dalam halaqah dibagi menjadi empat kelompok, para santri lansia mulai mengaji surat pendek di juz tiga puluh sampai santri yang sudah mampu setoran hafalan beserta artinya.
“Semoga dengan mereka bisa melakukan sholat dengan sempurna, bisa menjadi bekal akhirat mereka kelak. Menuju khusnul khotimah, Yang membuat saya tetap yakin mengajar mereka karena kebaikan itu berantai, semoga apa yang saya ajarkan juga berdampak kepada masyarakat sekitar,” ucap harap Ustadzah Nur pada akhir obrolan bersama Tim PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta. []
Oleh: ii Syariah (Tim Media PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta)