Jalan Sunyi Mengajar Al-Qur’an Muslim Tuli
Dua tahun lebih berlalu sejak awal 2022, Muslim Tuli terus berikhtiar bersama menempuh jalan memahami Al-Qur’an dengan isyarat. Saban akhir bulan, di PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta, selalu dipenuhi Muslim Tuli untuk belajar dan berlatih memahami Penunjuk Jalan, Al-Qur’an yang Huda. Untuk Muslim Tuli, tidak mudah melalui perjalanan panjang membaca, apalagi memahami Al-Qur’an. Bahasa isyarat membaca Al-Qur’an adalah sesuatu yang asing untuk kita yang awam, ikhtiar ini bisa disebut marjinal. Namun, hal ini tak menyurutkan tekad, semangat, dan panggilan hati para Muslim Tuli di Yogyakarta untuk terus berjuang dalam menapaki perjalanan panjang belajar isyarat Al-Quran.
Dari mengeja satu per satu huruf hijaiyah menuju ayat-ayat yang diisyaratkan setiap kalimah-Nya. Bulan berganti tahun, terus dilalui tanpa menghitung waktu dan tenaga. Dari ujung daerah menuju tengah Kota Yogyakarta, sedia ditempuh demi sebuah perjumpaan berharga untuk menggeluti Al-Qur’an isyarat. Bagi Muslim Tuli, tak kenal kata terlambat untuk belajar kitab suci yang menjadi pedoman hidup dan pemberi syafaat kelak di Hari Kemudian. Keistiqomahan dalam menjajaki perjalanan panjang ini telah terbukti dari kehadiran jamaah mereka yang mencapai 25 hingga 50 orang dalam halaqah rutin setiap akhir bulan di PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta.
Muslim Tuli Yogyakarta, juga Muslim Tuli di Indonesia adalah warga negara yang berhak seutuhnya mendapatkan akses pendidikan dan keagamaan yang setara. Terlebih, Al-Qur’an isyarat yang masih sangat minim pemerhatinya. Padahal, Al-Qur’an adalah kitab suci mereka sebagai Muslim, yang menjadi pedoman hidup dalam memainkan peran kehambaan yang takwa di hadapan Allah SWT., juga sebagai manusia dalam kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara.
Muslim Tuli Yogyakarta dan PPPA Daarul Qur’an mulai berikhtiar dengan langkah-langkah kecil, namun optimis dan nekad. Gerakan Tuli Mengaji Indonesia adalah optimisme untuk para Muslim Tuli agar dapat mengaji dan mengkaji Al-Qur’an di tengah minimnya perhatian publik. Gerakan Tuli Mengaji Indonesia berharap menjadi langkah besar pada kelak kemudian hari, berharap mengajak partisipasi besar Muslim Tuli di Indonesia untuk mempelajari Islam dengan baik.
Gerakan Tuli Mengaji Indonesia berawal dari pendirian komunitas Muslim tuli di wilayah Yogyakarta atau biasa disebut dengan MULIA yang digagas oleh Pak Andi bersama Ustadz Muwafiquddin, selaku santri BTQ for Leaders dari PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta. Dari komunitas MULIA ini, perlahan mulai berjalan menuju terbentuknya sebuah gerakan baru yang lebih spesifik untuk meningkatkan kompetensi Al-Qur’an isyarat bagi Muslim Tuli, yaitu Gerakan Tuli Mengaji. Sebuah gerakan perluasan pembelajaran Al-Qur’an sebagai upaya mensyiarkan Al-Qur’an melalui isyarat.
Pak Andi bersama istrinya, adalah tokoh utama dalam pergerakan Tuli Mengaji Yogyakarta. Beliaulah pionir dibentuknya halaqah rutin setiap akhir pekan di Masjid Mardliyah Islamic Center UGM dan penghujung bulan di kantor PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta. Keuletannya dalam mengajar dan kesabarannya dalam merangkul anggotanya, mendorong antusiasme mereka untuk istiqomah dalam belajar Al-Qur’an isyarat. Perjalanan panjang beliau dalam syiar Al-Qur’an isyarat dengan segenap ketulusan yang tak pernah surut telah banyak membuahkan hasil. Tak terbatas pada progress kemampuan peserta yang terus meningkat, partisipasi halaqah yang terjaga, melainkan telah tumbuh pengajar-pengajar baru yang disahkan tepat pada perayaan Hari Santri, 28 Oktober 2023 lalu, di PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta.
Pada akhirnya, arah perjalanan awal yang berlabuh pada kemampuan peserta dalam mengisyaratkan Al-Quran, kini telah menemukan arah baru menuju pergerakan Tuli Mengaji yang lebih besar, yaitu terciptanya pengajar Al-Qur’an isyarat yang berkompeten. Inilah arah dan tujuan besar yang mulai tampak, kemana dan bagaimana Tuli Mengaji akan bergerak. Lahirnya pengajar Al-Qur’an isyarat menjadi misi baru bagi Pak Andi dalam memperluas gerakan syiar Tuli Mengaji di Yogyakarta.
Regenerasi memang menjadi tugas besar bagi Komunitas Muslim Tuli Yogyakarta guna meneruskan jejak-jejak perjuangan pionir dan para pendahulu, sehingga tercipta sanad yang tak pernah terputus. Perjuangan ini harus mengakar dan terus dilanjutkan. Bahkan, lebih jauh lagi, Gerakan Tuli Mengaji Indonesia bisa menjangkau dan membuka mata para Muslim Tuli di berbagai penjuru, dimana mereka telah patah semangat karena tak menemukan jalan untuk belajar Al-Qur’an. Mereka yang selama ini belum menemukan kesetaraan hak untuk belajar Al-Qur’an sebagaimana orang pada umumnya, perlahan bisa jadi mereka mencari pembuktian tentang bagaimana tadabbur Al-Qur’an menjadi rahmatan lil alamin.
Harapan besar menjadikan Gerakan Tuli Mengaji Indonesia besar dan meluas, PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta bersama Komunitas Muslim Tuli Yogyakarta mengambil bagian kontribusi dalam menyusun rancangan kurikulum pembelajaran Al-Qur’an isyarat. Kurikulum ini diharapkan menjadi embrio yang akan melahirkan sistem pembelajaran Al-Quran secara lebih kompleks dan komprehensif serta dapat diimplementasikan secara lebih luas. Urgensi kompetensi Al-Qur’an isyarat yang semakin tinggi bagi kaum tuli, mendorong adanya kebutuhan roadmap pembelajaran yang terarah dan sistematis dalam bentuk kurikulum yang sangat adaptif. Ketercapaian kompetensi membutuhkan sebuah sistem yang mengintegrasikan tahapan dan komponen pembelajaran. Mulai dari pengajar, media, metode, materi ajar, hingga form penilaian sebagai bagian dari tahap evaluasi untuk mengukur ketercapaian kompetensi. Melalui kurikulum, tujuan dan target pembelajaran yang awalnya terasa abstrak, menjadi lebih jelas, detil, dan terukur. Lebih jauh lagi, kurikulum ini akan menjadi sebuah desain pembelajaran Al-Qur’an isyarat yang bisa diimplementasikan untuk seluruh Muslim Tuli yang ingin belajar Al-Qur’an di seluruh wilayah di Indonesia.
Bismillah, Gerakan Tuli Mengaji Indonesia adalah ikhtiar kecil yang nekad penuh optimisme ini berpamrih kembali pada khitthah Al-Qur’an yang diturunkan untuk membawa rahmat bagi seluruh umat manusia dan alam. Maka, Al-Qur’an untuk semua kalangan menjadi target kesetaraan dalam ranah pendidikan Al-Qur’an yang harus dicapai untuk mewujudkan Indonesia yang baldatun thoyyibatun warobbun ghofur.[]