Kebahagiaan Para Santri Saat Bertemu dengan Orang Tua Asuhnya
Kebahagiaan santri terpancar dari wajah mereka saat bertemu dengan wali asuhnya dalam acara Nyate Bareng Donatur Wali Asuh Santri Penghafal Qur'an yang diadakan oleh PPPA Daarul Qur'an Bogor di Pesantren Tahfidz Daarul Qur'an Takhassus Cinagara, Ahad (2/8). Sebanyak lebih dari 60 santri menyambut para donatur yang tiba di lokasi sejak pagi hari.
Persiapan yang dilakukan para santri untuk menyambut wali asuhnya tak mudah. Setelah menghabiskan tenaga untuk merayakan Hari Raya Idul Adha 1441 H yang jatuh dua hari sebelumnya dengan mengumandangkan takbir hingga makan bersama, para santri rela begadang semalam suntuk untuk mempersiapkan acara tersebut.
Maka tak heran jika kehadiran 27 donatur di rumah tercinta mereka yakni Pesantren Tahfidz Daarul Qur'an Takhassus Cinagara, disambut dengan suka cita oleh seluruh santri. Mereka mengenakan baju serba putih, sarung, peci hitam dan tak lupa memakai masker untuk menyambut ibu-ibu asuhnya. Pun tak lupa, tabuhan rebana pun turut mengiringi langkah para donatur kala memasuki masjid tempat dilangsungkannya acara.
Seorang perwakilan mudabbir, Ahmad Rovicki mewakili Ustadz Dedi selaku Pengasuh Pesantren Tahfidz Daarul Qur'an Takhassus Cinagara mengutarakan ucapan terima kasihnya kepada seluruh hadirin yang telah meluangkan waktu untuk berkunjung ke pesantrennya. Bahkan, santri dengan postur tinggi besar itu hampir menitihkan air mata kala melihat ibu-ibu asuhnya. Sebab, di mata Rovicki dan seluruh santri para wali asuh itu sudah dianggap sebagai orang tua mereka sendiri.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu-ibu sekalian atas kehadirannya, yang mana bisa membawakan berkah bagi kami, bisa berbagi cerita, bisa berbagi pengalaman, dan seakan akan kami sedang menatap kedua orang tua kami sendiri dengan kedatangan ibu-ibu sekalian," ungkap Rovicki dalam sambutannya.
Ia sangat senang karena orang tua asuh mereka hadir di saat-saat istimewa seperti Hari Raya Idul Adha ini. Baginya, perhatian dari PPPA Daarul Qur'an dan para donatur adalah kebahagiaan yang tak terkira. Karena saat di pesantren para santri jauh dari kedua orang tua dan keluarganya. Berkabar via telepon pun dibatasi agar para santri tetap fokus menghafal Al-Qur'an.
Selaras dengan Rovicki, Akhmad Faza, salah satu santri Pesantren Tahfidz Daarul Qur'an Takhassus Cinagara pun mengungkapkan rasa bahagianya karena dapat kembali bertemu dengan wali asuhnya. Faza yang pada saat itu bertugas sebagai pembawa acara berkali-kali mengucapkan terima kasihnya kepada para tamu istimewa tersebut.
Faza pun berbagi beberapa cerita kepada para orang tua asuhnya. Ia mengatakan bahwa saat ini mereka telah kedatangan santri baru. Mengingat, pada semester awal yang dimulai pertengahan Juli lalu, banyak santri baru yang dikirim ke seluruh Pesantren Tahfidz Daarul Qur'an Takhassus di seluruh Indonesia. Bagi Faza, memiliki saudara baru adalah sebuah hal yang sangat menyenangkan karena dapat belajar dan saling mendukung satu sama lain.
Ia pun bercerita perihal kegiatan yang dilaksanakan di pesantren saat masa kedatangan santri baru atau kerap disebut masa orientasi santri. Dari sejumlah kegiatan yang digelar, ia mengatakan ada berbagai lomba yang diadakan untuk merajut rasa pesaudaraan dan mengasah ilmu pengetahuan para santri. Maka pembelajaran pun baru akan dimulai pada saat masa orientasi santri telah usai, yakni Senin, keesokan harinya.
Sementara itu, salah satu wali asuh, Rohmatul Ummah, atau yang kerap disapa Bunda Ummah juga mengungkapkan kebahagiaannya karena telah bertemu dengan santri-santri penghafal Qur'an. Di mata Bunda Ummah, anak-anak asuhnya adalah penyelamat mereka di akhirat kelak. Karena ia yakin bahwa penghafal Qur'an akan dapat memberikan syafaat kepada orang lain, termasuk wali asuh yang telah menyisihkan sebagian hartanya untuk memenuhi kebutuhan santri di pesantren.
Suasana pecah tatkala Bunda Ummah membimbing para wali asuh untuk memberikan bingkisan kepada para santri. Mereka memberikan makanan hingga sarung yang langsung diterima oleh masing-masing santri.
Hingga acara pun ditutup dengan makan bersama santri penghafal Qur'an dan wali asuhnya. Mereka menyantap sate dan sop kambing racikan para santri dengan lahap. Canda dan tawa pun mengiringi kebersamaan mereka. Kedekatan mereka seakan menghapus status orang tua dan santri asuh yang selama ini melekat, sebab keakraban mereka lebih nampak seperti orang tua dan anak-anaknya sendiri. Harapannya, baik santri maupun orang tua asuhnya akan tetap merajut tali silaturrahim hingga kapanpun. []