Keceriaan Anak-anak Pulau Buru
Bagi banyak orang nama Pulau Buru yang berada di provinsi Maluku mungkin sudah tidak asing lagi. Pada masa Orde Baru pulau ini menjadi tempat pengasingan tahanan politik. Kini Pulau Buru sudah tak sesuram puluhan tahun lalu. Perkembangan di Pulau Terbesar ketiga di Maluku ini semakin pesat. Terlebih setelah ditemukannya tambang emas di Gunung Botak yang berada di Kecamatan Namlea, meski kehadirannya menghasilkan kontroversi terkait kerusakan lingkungan.
Tidak hanya soal ekonomi, dakwah Islam di Pulau Buru juga tengah menggeliat. Hal itu disampaikan Ustad Abu Imam Rumbara, pendiri Pondok Pesantren Al Anshor yang tersebar di Ambon, Pulau Buru dan Pulau Seram. Menurutnya kini banyak warga Pulau Buru memeluk agama Islam membutuhkan bantuan baik dalam pendampingan ilmu agama juga pendampingan dalam hal ekonomi.
“Sebenarnya dulu banyak warga yang memeluk agama kepercayaan masuk Islam untuk melengkapi kolom agama pada KTP namun setelah itu mereka tidak mendapat pendampingan hingga akhirnya kembali pada kepercayaan mereka semula,” ujar da’i asal Ambon yang juga pernah berdakwah di Papua ini.
Maka kehadiran bantuan dari sejumlah lembaga atau donatur pada hari-hari besar keagamaan Islam pun menjadi sangat dinantikan masyarakat muslim di Pulau Buru. Untuk itu pada tahun ini Qurban Istimewa (Quis) Daarul Qur’an, mendistribusikan hewan ternak berupa sapi bagi masyarakat muslim di dua desa di Pulau Buru yakni Desa Jikumerasa dan Desa Waygernangan.
Di Desa Jikumerasa pemotongan dilakukan di halaman Pondok Pesantren Al Anshor yang tengah dalam proses pembangunan dan Insya Allah akan mulai beroperasi pada September 2018. Distribusi hewan qurban pun diperuntukkan bagi para mualaf binaan serta dhuafa. Begitu pula di Desa Waygernangan penyembelihan dilangsungkan di depan Masjid Al Hidayah.
Uniknya daging hewan qurban tak hanya dibagikan untuk mereka yang memeluk agama Islam saja, namun juga kepada masyarakat non-muslim. Tampak keceriaan dari wajah anak-anak Pulau Buru saat menerima daging qurban.
“Jadi kita adakan makan bersama satu kampung lengkap dengan penampilan seni anak-anak agar keceriaan Idul Adha ini tidak hanya dirasakan oleh kita yang muslim tapi juga tetangga dan saudara kita yang non-muslim,” ujar Farid (25) satu tokoh pemuda muslim di Pulau Buru.
Hal serupa diucapkan Ustad Agus Salim, tokoh masyarakat di Desa Waygernangan. Menurutnya setiap tahun pembagian daging qurban juga dirasakan tidak hanya oleh mereka yang muslim tapi juga masyarakat non-muslim. “Bahkan proses pengulitan dan pencacahan daging mereka juga bantu. Dengan begitu mereka juga merasakan apa yang kita rasakan pada Idul Adha ini,” ucapnya.
Agus Salim pun mengucapkan terima kasih kepada para pequrban Quis Daarul Qur’an yang telah mengikhlaskan hewan ternaknya di potong di Pulau Buru dan mempercayakan masyarakat di Pulau Buru untuk mengolahnya. “Terima kasih kepada para pequrban dan semoga Allah membalas dengan pahala yang berlipat ganda,” tambahnya.