Kisah Sahabat Nabi Muhammad SAW, Sya'ban RA: Kelembutan Hatinya dan Kegigihannya
Kisah Sya'ban RA memang unik dan terkenal di kalangan penduduk langit. Keputusannya untuk selalu mengambil posisi di pojok masjid saat itikaf dan shalat adalah tindakan yang sangat luar biasa. Ia melakukannya dengan tujuan untuk menjaga kesopanan dan menghormati hak dan ruang orang lain.
Sikapnya yang rendah hati dan penuh perhatian ini memperlihatkan betapa besar rasa pengorbanan dan penghargaan Sya'ban terhadap sesama. Dalam artikel ini kita belajar dari kerendahan hatinya saat bersedekah dan menjadikannya sebagai sebuah pelajaran, simak artikel berikut.
Kedermawanan Hati Sya'ban RA
Di suatu pagi, saat sholat subuh berjamaah akan dimulai. Rasulullah SAW sibuk mencari dimana keberadaan Sya’ban, karena sejak kedatangan Rasul ke masjid beliau tidak menemukan Sya’ban. Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam menjadi semakin khawatir ketika tidak ada yang melihat Sya'ban di masjid. Beliau mulai bertanya kepada para sahabat yang hadir, mencari tahu keberadaan teman mereka yang setia itu.
Namun, tak seorang pun bisa memberikan jawaban yang memuaskan. Rasulullah merasa gelisah dan bertanya-tanya apa yang telah terjadi. Sya'ban selalu menjadi figur yang andal dan tak pernah melewatkan shalat berjamaah. Bagaimana mungkin dia tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Rasulullah pun berdoa agar Sya'ban segera ditemukan dan dalam keadaan baik-baik saja.
Untuk menunggu kehadiran Sya’ban shalat subuh pun ditunda. Namun karena Sya’ban belum kunjung datang akhirnya Rasulullah SAW memutuskan untuk melaksanakan salat berjamaah. Meski khawatir, Rasulullah SAW tetap mengutamakan kedisiplinan dalam menjalankan ibadah. Setelah salat selesai, Rasulullah dan para sahabat masih merasa cemas karena Sya'ban belum dateng juga.
Selepas shalat subuh Rasul pun bertanya kepada jamaah “Apakah ada yang mengetahui kabar Sya’ban” Namun tidak ada satupun yang menjawab
Rasul memastikan kembali “Apa ada yang mengetahui rumah Sya’ban?”, seorang sahabat mengangkat tangan dan mengatakan tau dimana rumah Sya’ban berada
Perjalanan dari masjid ke rumah Sya’ban cukup lama dan memakan waktu sekitar 3 jam. Sesampainya di depan rumah Sya’ban, Rasul mengucapkan salam dan keluarlah wanita.
“Benarkah ini rumah Sya’ban?” tanya Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam.
“Ya benar, ini rumah Sya’ban. Saya istrinya,” jawab wanita tersebut.
“Bolekah kami menemui Sya’ban, yang tidak hadir salat Subuh di masjid pagi ini?” ucap Rasul.
Dengan berlinangan air mata, istri Sya’ban menjawab “Beliau telah meninggal tadi pagi”.
“Innalilahi Wainnailaihiroji’un,” jawab semuanya.
Setelah itu , istri Sya’ban bertanya “Ya Rasulullah SAW asa sesuatu yang jadi pertanyaan bagi kami semua, menjelang kematianny adia berteriak tiga kali. Kami tidak paham apa maksudnya”
“Apa saja kalimat yang diucapkannya?” tanya Rasulullah SAW.
“Di masing-masing teriakannya, dia berucap kalimat ‘Aduh, kenapa tidak lebih jauh, aduh kenapa tidak yang baru, aduh kenapa tidak semua,” jawab istri Sya’ban.
Rasulullah SAW pun melantunkan ayat yang terdapat surah Qaaf ayat 22: “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam”
“Saat Sya’ban dalam keadaan sakaratul maut, perjalanan hidupnya ditayangkan oleh Allah SWT. Bukan hanya itu, semua ganjaran perbuatannya diperlihatkan oleh Allah. Apa yang dilihat oleh Sya’ban (dan orang yang sakaratul maut) tidak bisa disaksikan yang lain. Dalam padangannya yang tajam itu Sya’ban ra melihat adegan di mana kesehariannya dia pergi pulang ke masjid untuk salat berjamah lima waktu. Perjalanan sekitar tiga jam jalan kaki, tentu itu bukan jarak yang dekat. Dalam tayangan itu pula Sya’ban diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkahnya ke masjid,” ujar Rasulullah SAW.
Sya’ban melihat bentuk surga yang dijanjikan sebagai ganjarannya. Dia berucap “Mengapa tidak lebih jauh” timbul penyesalan dalam diri Sya’ban ra. Mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi agar pahala yang didapatkan lebih indah.
Saat ia membuka pintu, diluar angin dingin sekali hingga menusuk tulang, dan dia masuk kembali mengambil satu baju lagi untuk dikenakan. Yang didalam pakaian baru dan yang di luar pakaian lama.
Dia berpikir agar sampai masjid baju yang diluar bisa dibuka sehingga saat shalat dia menggunakan pakaian yang bersih. Ketika dalam perjalanan Sya’ban bertemu dengan seseorang dalam keadaan kedinginan dan mengenaskan, Sya’ban pun memberikan pakaian yang ia kenakan dan memapahnya ke masjid agar dapat melakukan shalat subuh bersama.
Sya’ban ra lalu melihat indahnya surga yang sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tersebut. Kemudian dia berteriak lagi “Aduh, kenapa tidak yang baru” timbul lagi penyesalan dibenak Sya’ban. Jika dengan baju butut saja bisa mengantarkannya mendapat pahala besar, sudah tentu dia akan mendapatkan yang lebih besar jika memberikan pakaian baru.
Selanjutnya Sya’ban melihat dirinya hendak sarapan roti denga cara mencelupkan dulu ke dalam segelas susu. Ketika baru ingin memulai sarapan, muncul pengemis yang meminta roti karena sudah tiga hari tidak makan. Sya’ban pun iba melihatnya, lalu dia membagi dua roti dengan ukuran sama besar dan membagi dua susu ke dalam gelas ukuran yang sama. Allah SWT memperlihatkan kepada Sya’ban surga yang indah.
Ketika melihat itu pun Sya’ban teriak lagi “ Aduh kenapa tidak semua!!” Sya’ban kembali menyesal. Seandainya dia memberikan semua roti itu kepada pengemis tersebut, pasti dia akan mendapat surga yabg lebih indah.
Hikmah Kisah Sya'ban
Karena sesungguhnya pada suatu saat nanti, kita semua akan mati, akan menyesal dan tentu dengan kadar yang berbeda. Bahkan ada yang meminta untuk ditunda matinya, karena pada saat itu barulah terlihat dengan jelas konsekuensi dari semua perbuatannya di dunia.
Mereka meminta untuk ditunda sesaat karena ingin bersedekah. Namun kematian akan datang pada waktunya, tidak dapat dimajukan dan tidak dapat diakhirkan. Serta bersedekahlah dengan optimal karena sesungguhnya balasan dari Allah SWT pun lebih baik dari dunia seisinya.
Anda bisa berpartisipasi dalam program sedekah penghafal Quran bersama Laznas PPPA Daarul Qur'an. Klik di sini untuk berdonasi. Semoga Allah memberikan kesehatan dan menerima setiap amal ibadah kita. Aamiin.