Ibu Hebat itu Bernama Dahlia
Namanya Dahlia, seorang penjual jajanan anak di sekolah dasar dekat rumahnya di Koripan, Sindumartani, Ngemplak, Sleman. Usianya tak lagi muda, sudah menginjak 55 tahun dan terlihat kuat bersemangat menjual jajanan.
Namanya Dahlia, seorang penjual jajanan anak di sekolah dasar dekat rumahnya di Koripan, Sindumartani, Ngemplak, Sleman. Usianya tak lagi muda, sudah menginjak 55 tahun dan terlihat kuat bersemangat menjual jajanan.
Saban hari Bu Dahlia ulang alik membawa jajanan dan meja lapak ke sekolah, berharap setiap jajanan yang laku bisa jadi rejeki untuknya dan Dewa, anak kedua Bu Dahlia. Harapan dan cita-cita yang tinggi Bu Dahlia membesarkan Dewa setelah ditinggal wafat sang suami pada 2019 dan anak pertamanya pada 2013 lalu. Kini Bu Dahlia dan Dewa terus berjuang untuk mengejar cita-cita.
Tahun 2013 lalu putra pertamanya yang duduk di bangku sekolah menengah atas wafat karena gumpalan darah mengering di paru-paru dan jantung akibat kecelakan yang dialami putranya. “Awalnya anak saya batuk-batuk terus sampai kadang sesek dadanya mbak, lalu saya bawa ke Puskesmas dan dirujuk ke RS Tegalyoso Klaten,” jelas Bu Dahlia.
Ketika dibawa ke rumah sakit pun sang putra sempat masuk ruang ICU sebelum menghempuskan nafas terakhirnya. Dokter mendiagnosis adanya kanker di tubuh sang putra. Hati bu Dahlia hancur kala itu, “Pulang sekolah, anak saya cerita ketika berangkat sekolah tadi kecelakaan karena menghindari truk pasir. Saat periksa ke Puskesmas, hasilnya baik-baik saja tapi efeknya setelah tiga tahun yang tidak kami tahu ini,” kisah Bu Dahlia dengan sendu.
Kesedihan Bu Dahlia tidak burujung disana, pada 2019 suaminya wafat menyusul putra pertamanya. “Suami saya meninggalnya dadakan mbak, habis pulang kerja nguli bangunan itu ngeluh pusing terus tidur dan ternyata sudah meninggal,” ungkap Bu Dahlia.
Sepeninggal sang suami, Bu Dahlia menjadi tulang punggung untuk mencukupi kebutuhannya dan Dewa dengan menjadi pegawai toko roti. Tak berapa lama, pemilik toko roti pun jatuh sakit hingga akhirnya toko roti harus ditutup. Penolakan atas lamaran kerja Bu Dahlia juga terjadi saat beliau melamar menjadi penjahit karena alasan usia Bu Dahlia yang tak lagi muda.
Kini, Bu Dahlia berjualan jajanan anak di sekolah. “Sedikit-sedikit yang penting telaten dan ada pemasukan untuk hidup setiap harinya,” kisah Bu Dahlia.
Dari jajanan yang laku Bu Dahlia menyambung hidup bersama Muhammad Putra Sadewa, harta tak ternilai miliknya sampai saat ini. Pun Bu Dahlia tetap melanjutkan jualan jajanan di rumahnya setelah sekolah selesai.
Pada satu sore awal tahun kemarin, Bu Dahlia dan Dewa berbahagia. Senyum yang lebar dan tidak biasa di raut wajah Bu Dahlia terlihat jelas saat Dewa membongkar isi bingkisan yang dikirimkan tim PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta dan Segoro.id di Saung Kampung Qur’an Merapi, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman. Dewa pun berbahagia, ada sepatu baru yang dijajalnya, buku tulis baru, juga alat-alat tulis lengkap bersama kain seragam sekolah.
Bingkisan yang dikirimkan oleh para #OrangBaik dan #SahabatDAQU untuk para anak-anak hebat di Lereng Merapi yang semoga bisa menghidupkan semangat. Bu Dahlia pun dalam bahagianya tetap berdoa dan mendoakan, “Alhamdulillah mbak senang sekali, bisa buat Dewa sekolah semoga donatur yang sudah memberi bingkisan sukses selalu.” Pada Selasa sore (10/1) di Saung Qur’an Kampung Qur’an Merapi, rasa bahagia telah diantarkan sekaligus diluaskan menyela di antara harap dan doa Bu Dahlia dalam membesarkan Dewa, anak semata wayangnya.