Kisah Juru Masak Pesantren Takhassus Tegal, Ingin Bantu Santri Jadi Penghafal Qur'an Lewat Masakannya
Siang hari di salah satu sudut ruangan Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Takhassus Tegal terlihat seorang wanita tengah sibuk. Namanya Jubaedah, ia sedang mempersiapkan makanan untuk menu buka puasa para santri.
Wanita 54 tahun itu merupakan ibu dapur di Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Takhassus Tegal. Ia mengabdikan diri dengan memasak makanan para santri setiap harinya. Bu Jub, sapaannya, banyak menghabiskan waktu di dapur sejak awal berdirinya Pesantren Takhassus.
Ada kebahagiaan tersendiri baginya ketika bisa menghidangkan makanan untuk para santri yang sedang menghafal Qur’an. “Seneng setiap hari bisa masakin anak-anak santri, biar anak-anak fokus dan nyaman ngafalinnya,” ujarnya dengan senyum dan tawa khas ibu-ibu Tegal.
Sebelumnya Bu Jub pernah membuka usaha warung Tegal atau sering disebut warteg di Jakarta. Namun, ia sempat kehabisan modal sehingga memutuskan untuk menjadi juru masak di pesantren.
Ia mengaku ingin menggunakan keahlian memasaknya untuk membantu para penghafal Qur’an. Harapannya, tenaga yang ia keluarkan untuk memasak menjadi pahala jariyah dan membantu lahirnya para penghafal Qur’an.
Sebagai bentuk apresiasi atas pengabdiannya, PPPA Daarul Qur’an Cirebon memberikan bingkisan untuk Bu Jub dan para pejuang nafkah lainnya pada Ramadan 1443 H lalu. Diharapkan menjadi semangat para pejuang nafkah untuk menyambut Ramadan.
“Alhamdulillah, suwun yo, mba, langsung saya bawa iki ke rumah buat nanti keperluan buka dan sahur,” pungkas Bu Jub.